Saya bertemu dengan Abah Aman, seorang penjual kerupuk kulit berusia 81 tahun, yang duduk melamun di bawah terik matahari karena dagangannya sepi pembeli.
Setiap hari, Abah berjalan jauh dari kampung ke kampung menjajakan kerupuk kulit. Perjalanan panjang itu membuatnya kelelahan, bahkan kakinya mulai melengkung dan lecet karena terlalu sering berjalan jauh.
Namun, sering kali dagangannya tidak laku, sehingga ia kesulitan menyetor uang ke pemilik kerupuk. Abah hanya menjual kerupuk kulit milik orang lain dengan keuntungan kecil, kadang hanya membawa pulang Rp50.000 sehari setelah dipotong setoran.