Di tengah hiruk pikuk jalanan dan teriknya matahari, sosok badut tua berjalan perlahan. Wajahnya penuh cat warna-warni, namun menyembunyikan kisah hidup yang tak seceria senyumnya. Dialah Abah Endang, seorang lansia yang kini menjadi badut keliling demi menghidupi keluarganya.Dulu, Abah bekerja sebagai kenek sopir angkutan umum.
Dari pagi hingga pagi lagi, tanpa istirahat, ia hanya digaji 150 ribu rupiah. Tubuh renta Abah tak mampu lagi menahan kerasnya pekerjaan itu, hingga akhirnya ia beralih menjadi badut keliling.Tapi kenyataannya tak semanis harapan. Kostum badut yang dipakai ialah barang sewaan, ia menyetor ke pemilik kostum dan hanya membawa pulang 10–15 ribu per hari jauh dari cukup, apalagi dengan tanggungan istri dan cucu yang harus ia rawat.
Abah tinggal serumah dengan 5 anggota keluarga lainnya: istri, dua anak, satu menantu, dan seorang cucu yang telah yatim karena ayahnya meninggal dalam kecelakaan. Dari semua anggota keluarga, hanya satu anaknya yang bekerja, itupun penghasilannya tak seberapa. Kadang bisa berbagi, tapi seringkali tidak ada yang bisa dibagi.
Setiap hari adalah perjuangan.
Jika hujan turun, Abah tak bisa bekerja. Jika memaksakan diri, badannya sakit. Tapi jika diam di rumah, tak ada uang, tak ada makan. Abah hanya iingin bisa memberi pendidikan yang layak untuk cucunya.