Puluhan kilogram pisang harus ia pikul di punggungnya yang sudah renta. Menjajakan pisang untuk menyambung hidup. Begitu besar pengorbanan seorang kakek untuk cucunya.
Telah berjualan sejak tahun 1975, Abah Koni kini harus berjuang keras dengan berjualan pisang keliling untuk keluarganya. Ditambah sekarang ada cucu yang jadi tanggung jawab ia sepenuhnya. Abah Koni, seorang lansia berusia 66 tahun ini bahkan rela berjalan kaki selama 4 jam melewati jalan setapak sambil membawa beban pisang di punggungnya.
Setiap berjualan pisang, Abah Koni harus melewati gunung dengan kondisi jalan sepi dan penuh batu. Berkilo-kilometer jarak yang harus ditempuh cukup jauh hingga memakan waktu yang sangat lama. Tak heran Bah Koni sering merasa sedih jika pisang nya tak laku. Ia hanya berharap dengan menitipkan pisang-pisangnya di warung yang cukup jauh dari rumahnya dapat menghasilkan sedikit rupiah untuk kebutuhan sehari-hari karena jika tak ada yang membeli, terpaksa abah Koni harus merugi karena pisang-pisangnya yang membusuk.
Di rumahnya yang sudah tua, Abah Koni tinggal bersama istrinya merawat seorang cucu yang telah ditinggal wafat oleh ibunya. Tias, cucu Bah Koni saat ini sedang duduk dibangku kelas 5 SD. Tias tak pernah lihat wajah Ibu nya sejak ia lahir, hanya melalui foto kenang-kenangan Tias dapat melihat wajah Ibunya. Sedangkan sang ayah pergi entah kemana sejak ia masih TK. Terakhir kali terdengar bahwa ayahnya telah menikah dan memiliki keluarga baru lagi.
Hanya Abah Koni dan istrinya yang merawat dan membesarkan Tias dengan penuh kasih sayang. Meskipun dirumah tua mereka hidup dengan keadaan yang serba kekurangan, Abah dan istrinya berharap dapat melihat Tias sukses saat dewasa nanti. Mereka sangat sedih melihat Tias yang tumbuh tanpa Orangtua, apalagi jika melihat Tias yang diam atau menangis sambil memandangi foto sang Ibu.
Ketakutan Bah Koni ialah takut jika Tias tidak bisa melanjutkan pendidikannya karena penghasilannya yang minim. Apalagi penghasilannya yang tak menentu seringkali membuat abah kebingungan karena tak mampu membayar tunggakan sekolah cucunya.
Untuk makan pun susah, Bah Koni sekeluarga biasanya hanya makan ikan asin dan daun singkong karena uang nya mereka sisihkan untuk sekolah dan jajan cucunya. Dengan penghasilannya yang sebesar 30 ribu perhari Abah Koni dan istrinya punya mimpi besar untuk Tias.
Mari bantu ringankan beban Abah Koni, agar ia bisa menyekolahkan cucunya, dan beristirahat dengan layak, serta dapat menghidupi keluarganya di rumah, tak lagi kelaparan. Bantu dengan cara:
Beberapa informasi:
*Ayo Kita Peduli merupakan NGOs yang berdiri sejak 2023 dan berada di bawah naungan Ayo Berdampak Berdaya. Dengan tagline #BerdampakBerdaya kami berfokus pada masalah kemiskinan kelas sosial rentan perkotaan dan pedesaan melalui berbagai program dan campaign pemberdayaan untuk upaya peningkatan kesejahteraan.
Contact and More Information:
Instagram: @ayokita.peduli
Email: ayoberdampakberdaya.id@gmail.com
*Page ini merupakan bagian dari program “Semua Berhak Nyaman”
*Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memberikan Paket Sembako, Bantuan Modal Usaha Penerima Manfaat, dan Bantuan Lainnya kepada para penerima manfaat yang membutuhkan. Selain itu hasil donasi juga akan disalurkan untuk penerima manfaat lainnya berdasarkan analisa kebutuhan pihak Yayasan.