"Abah dari pagi keliling sampe sore baru terjual 5 barang, padahal perlu buat bayar kontrakan dan bayar tunggakan sekolah cucu. Kasian cucu Abah, seragam dan bukunya belum terbeli semua" Ujar seorang lansia yang sedang duduk termenung dan sesekali mengamati dagangannya.
Sudah hampir petang, dagangannya belum banyak yang terjual. Ia hanya bisa menghela nafas, sambil memikirkan cara bagaimana ia bisa pulang membawa uang untuk istri dan cucunya di rumah.
Abah Sutrisna (61 tahun), di usia yang sudah senja, beliau tetap pantang menyerah dan tak putus asa mencari rezeki untuk menyambung hidup. Debu jalanan serta teriknya panas matahari telah menjadi sahabat dalam menjalani kesehariannya.
Dengan sisa-sisa tenaga yang beliau miliki, dengan tertatih tatih berjalan kaki menyusuri gang dan jalan raya dengan jarak yang cukup jauh guna mengais rezeki menawarkan barang dagangannya, seperti tisu, kanebo dan pencukur janggut. Sesekali iapun beristirahat hanya sekedar meluruskan kakinya yang pegal.
Sudah berjam jam Abah disini, menawar dagangan tapi belum ada satupun yang berhenti untuk membeli. Tangan dan kakinya kadang gemetar membawa dagangan. Saat dagangan nya belum ada yang laku, Abah tidak punya uang untuk beli makanan. Kala perut mulai keroncongan, laparnya hanya diganjal dengan meneguk sebotol air putih dan sepotong roti yang dibawanya dari rumah.