Dengan tubuh ringkihnya, sejak pagi buta Abah Taslim memikul telur asinnya setiap hari. Usianya telah menginjak 83 tahun, namun ia harus mencari nafkah demi keluarganya.
Upah yang diperoleh dari tiap telur asin yang terjual tidaklah besar, dari tiap 5 buah telur asin yang terjual Abah Taslim hanya mendapatkan untung sebesar lima ribu rupiah. Telur asinnya terkadang tidak bisa habis terjual dan hanya menghasilkan tiga puluh ribu untuk makan sehari-hari.
Banyak perjuangan yang harus dilalui abah Taslim untuk keluarganya. Bahkan ia baru-baru ini sempat mengalami kecelakaan tabrak lari. Saat pulang berjualan ia tertabrak motor yang melaju kencang hingga abah jatuh dan dibawa ke klinik oleh warga setempat. Akibat kecelakaan tersebut, abah Taslim tidak memiliki pendapatan karena tidak bisa berjualan selama 5 hari. Dampaknya juga di tubuhnya terdapat luka serta bengkak di kakinya. Bahkan Abah juga mengalami luka di kepala yang perlu dijahit.
Selama ini abah tinggal bertiga dengan istri dan seorang cucunya. Segala cara ia lakukan demi keluarganya, mulai dari berjualan arang atau lebu untuk pembakaran telur asin bahkan hingga pemulung. Itu semua ia lakukan karena ingin membiayai sekolah cucunya hingga sekolah tinggi. Meski dengan tubuh yang masih merasa sakit-sakitan, ia bertekad membiayai keluarganya yang membutuhkan.
Namun kondisi fisiknya saat ini juga tidak begitu baik karena Bah Taslim baru saja menjalani operasi. Ia tak bisa buang air besar dan kecil dengan normal hingga harus menggunakan selang. Bahkan ia pernah berjualan sambil membawa selangnya berkeliling. Terpaksa ia tetap berjualan karena abah Taslim harus mencari biaya untuk melunasi pinjaman untuk biaya pengobatan serta transportasi yang belum terbayarkan. Bahkan saat ini pun masih ada yang belum terbayarkan sebesar 7 juta.
Hai sahabat berdampak, mari sebarkan campaign ini dan berdonasi untuk membantu Abah Taslim.