“Yang penting usaha halal, dan tidak menyusahkan orang lain,” ujar Abah, tersenyum tulus meski jelas terlihat lelah.Abah Tatang, lansia berusia 66 tahun penjual pempek keliling. Setiap hari dari pukul 9 pagi hingga 5 sore, Abah mendorong gerobak kecilnya menyusuri jalanan, menawarkan pempek seharga Rp2.000 per buah.
Abah menyambung hidup bersama istri tercinta, Mak Ijoh (65), yang kini tengah sakit saraf kejepit dan menderita darah tinggi. Mereka hidup di rumah kontrakan sederhana dengan biaya sewa Rp600.000 per bulan, belum termasuk biaya listrik dan air.Namun hidup tidak selalu mudah. Abah pernah terserempet kendaraan saat mendorong gerobaknya, pelaku lari tanpa tanggung jawab.
Ia juga pernah kehilangan uang ketika hendak salat, dan pernah ditipu oleh orang yang mengambil dagangannya tanpa membayar.Kini, Abah dan Mak Ijoh hidup berdua. Anak-anak mereka telah menikah. Mak Ijoh sempat dirujuk ke RS Sartika Asih dan bersyukur karena biaya pengobatan ditanggung BPJS.
Namun biaya hidup dan pengobatan rutin tetap menjadi tantangan besar. Abah sendiri kerap mengalami batuk berkepanjangan, namun belum bisa berobat karena keterbatasan biaya.