“Sudah 3 hari saya gak bisa buat bola. Hari ini baru ada, 3 hari saya dan ibu tidak punya beras dan tidak bisa makan.." ujar Kang Sendi seraya menahan isak tangisnya.
Dengan keringat yang tak henti bercucuran dari pelipisnya, Kang Sendi menempuh jarak puluhan kilo untuk menjajakan bola-bola yang sudah beliau buat. Kondisi fisik Kang Sendi sedikit berbeda dari kebanyakkan orang, kaki beliau pengkor. Tak jarang Kang Sendi merasa kesulitan setiap kali harus berjalan keliling dengan kondisi fisiknya.
Baru hari ini Kang Sendi bisa membuat dan menjual bola yang sudah beliau buat. 3 hari kebelakang Kang Sendi tak memiliki modal untuk membuat bola. Karena hal itu lah beliau tidak bisa membeli beras. Kang Sendi dan ibunya sering sekali tak bisa membeli beras hingga kelaparan.
Rasa sedih dan bersalah menghantui hati Kang Sendi, beliau belum bisa memenuhi kebutuhan sang ibu yang kini semakin menua dan sering sakit-sakitan. Kini sang ibu hanya bisa terbaring lemah di kasur seraya menahan sakit di sekujur tubuhnya.
Kang Sendi rela tak menikah agar beliau bisa merawat dan menemani sang Ibu. Beliau lebih mementingkan dan memprioritaskan seluruh kebutuhan sang ibu. Bahkan Kang Sendi rela tak makan selama berhari-hari agar ibunya bisa makan.
#TemenBaik, salut banget dengan semangat dan kegigihan Kang Sandi! Yuk bantu perjuangannya agar hidup lebih layak dengan cara:
Tak hanya mendoakan dan berdonasi, kamu juga bisa membagikan halaman galang dana ini agar semakin banyak yang membantu.