Setiap hari, Abah Budi (66 tahun) berangkat dari kontrakan kecilnya di Kiaracondong pukul 6 pagi, menempuh perjalanan selama dua jam menuju tempatnya berdagang di sekitar kita bandung.
Di usia senjanya, ia masih berjuang menjual mainan anak-anak dengan harga antara Rp25.000 – Rp35.000 demi menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan tiga cucunya yang masih sekolah dasar
Abah Budi tidak menjual mainan miliknya. Ia harus mengambil dagangan dari bosnya dan menyetor hasil penjualan sebelum mengambil barang baru. Penghasilan yang didapat tidak menentu. Dalam seminggu, dagangan Abah pernah tak laku sama sekali. Bahkan, saat sedang sakit, Abah tetap memaksakan diri untuk berjualan demi bisa memberi makan cucu-cucunya
Abah adalah sosok luar biasa. Ia telah berjualan mainan sejak muda, bahkan sebelum menikah. Kini, setelah istri yang dicintainya wafat 20 tahun lalu, ia tinggal bersama tiga cucunya: kelas 5, kelas 4, dan si bungsu baru masuk SD. Ketiga anak perempuan Abah merantau ke luar kota dan bekerja sebagai ART, namun tak bisa banyak membantu
Abah menanggung semua kebutuhan cucunya: makan, uang jajan harian Rp50.000 untuk bertiga, hingga biaya kontrakan yang kini menunggak dua bulan. Total kebutuhan kontrakan, listrik, dan air mencapai Rp1.200.000 per bulan. Seragam sekolah cucunya pun belum lengkap – mereka belum punya seragam olahraga, batik, dan baju muslim. Bahkan, kegiatan sekolah seperti renang pun tak bisa mereka ikuti karena tak ada biaya
Dalam perjuangannya, Abah sering mendapat perlakuan tak menyenangkan. Pernah ia direndahkan dan dianggap “mengemis”, atau dihina karena harga mainan yang dianggap mahal. Hatinya sakit, namun ia hanya bisa diam, melamun, dan tafakur di kontrakannya yang sempit. Bahkan, karena kelaparan dan kelelahan, Abah pernah mengalami kecelakaan dan kehilangan barang dagangannya karena dihipnotis orang tak bertanggung jawab
Namun di balik semua ujian itu, Abah Budi punya satu harapan besar: agar cucu-cucunya bisa tetap sekolah dan menjadi anak-anak yang pintar, lebih baik dari dirinya
Mari ringankan beban Abah Budi. Sekecil apa pun bantuanmu, sangat berarti untuk membantu beliau dan ketiga cucunya bertahan hidup dan terus bermimpi