Abah Sudar, di usia 73 tahun, masih harus berjualan sayuran keliling dari desa ke desa. Jalannya kaki, tidak punya kendaraan. Penglihatannya pun setengah gelap. Untuk bisa melihat, Abah harus mendekatkan wajah sangat dekat ke barang yang dilihatnya. Meski begitu, ia tetap menggendong kantong berisi sayur dan berjalan dari pagi hingga malam, demi bisa membawa pulang uang untuk makan bersama istrinya. Kadang, saat kondisi terlalu gelap, Abah jatuh, dan dagangannya berserakan di jalan. Semua ia pungut sendiri.
Abah hanya tinggal bersama istrinya yang juga sudah tak sehat. Emak Emur, istri Abah, sering sesak napas dan harus minum obat setiap hari. Ia pernah dirawat di rumah sakit selama dua hari tanpa satu pun keluarga menemani. Dengan uang seadanya dan kondisi lambung yang sakit, ia sampai kelaparan selama dirawat. Emak hanya menangis menahan lapar karena tidak sanggup makan makanan rumah sakit. Saat pulang pun, tidak ada ongkos, hingga akhirnya ditolong oleh orang baik.
Penghasilan Abah tak tentu, kadang hanya cukup untuk makan dengan nasi putih dan garam saja. Kalau sedang tidak berjualan, Abah menjadi buruh tani atau mencari makan ternak orang lain. Emak pun ikut bekerja mencabut rumput dan bantu di sawah orang. Semua dilakukan agar dapur tetap mengepul. Tapi tetap saja, kadang harus berutang di warung hanya untuk membeli ikan asin, atau alat kerja yang rusak.
Mereka tinggal di rumah panggung dari kayu yang sudah lapuk. Saat hujan, air masuk dari atap yang bocor. Dalam kondisi mata yang hampir buta dan badan yang renta, Abah tetap memanjat atap rumah sendiri untuk memperbaiki genting. Tak ada yang membantu. Anak-anaknya tidak bisa banyak memberi, hanya sesekali datang tanpa membawa apa-apa. Saat butuh biaya pengobatan, satu-satunya kambing yang mereka miliki pun harus dijual.
Baru-baru ini, mereka ditimpa musibah. Kalung emas titipan keluarga hilang, diduga dicuri tetangga. Kini saudara terus menagih, padahal Abah dan Emak tidak punya apa-apa untuk menggantinya. Abah hanya bisa menunduk diam, tak sanggup berkata banyak. Di usia yang seharusnya sudah tenang, Abah dan istrinya masih harus berjuang keras setiap hari hanya untuk bisa makan, bertahan, dan mengobati penyakit yang tak kunjung sembuh.
Mari bantu ringankan beban di pundak Abah dan Emak. Yuk, jadi bagian dari kebaikan ini. Bersama kita bantu Abah dan Emak jalani masa tua yang lebih layak, lebih tenang, dan lebih manusiawi. Bantu dengan cara:
Beberapa informasi:
*Ayo Kita Peduli merupakan NGOs yang berdiri sejak 2023 dan berada di bawah naungan Ayo Berdampak Berdaya. Dengan tagline #BerdampakBerdaya kami berfokus pada masalah kemiskinan kelas sosial rentan perkotaan dan pedesaan melalui berbagai program dan campaign pemberdayaan untuk upaya peningkatan kesejahteraan.
Contact and More Information:
Instagram: @ayokita.peduli
Email: ayoberdampakberdaya.id@gmail.com
*Page ini merupakan bagian dari program Semua Berhak Nyaman.
*Dalam membantu penyebaran informasi terkait program ini dan program turunannya dalam fitur "Fundraiser", kami melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak mulai dari Media Partner, Organisasi, serta Publik Figur agar informasi mengenai program ini dapat tersebar luas dan menjangkau sebanyak-banyaknya orang untuk berkontribusi bersama.
*Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memberikan Paket Sembako, Bantuan Modal Usaha Penerima Manfaat, dan Bantuan Lainnya kepada para penerima manfaat yang membutuhkan. Selain itu hasil donasi juga akan disalurkan untuk penerima manfaat lainnya berdasarkan analisa kebutuhan pihak Yayasan.