Mak Enih, lansia difabel hidup sendiri. Suami beliau sudah lama meninggal dan mereka tidak dikarunia anak.
Sejak kecil, kedua kaki Mak Enih memang tak sempurna, yang membuatnya harus jalan ngesot dengan kedua tangannya.
Walau keadaannya demikian, Mak Enih tak pernah ingin dikasihani, ia akan bekerja sekeras mungkin, tanpa mengemis demi memenuhi kebutuhannya.
“Mak gak mau ngemis, selagi Mak bisa akan Mak kerjakan semampunya…”.
Dengan kondisi yang Mak alami, ia tetap tabah dan sabar menjalani hidup, juga tidak lupa untuk bersyukur.
Di bawah terik matahari dan jalanan yang terjal, ia menyeret kedua kakinya dan berjalan menggunakan kedua tangannya. Lutut-lututnya dan kedua telapak tangan tak jarang luka akibat tergesek tanah dan aspal yang panas itu. Puluhan kilometer ia tempuh dengan mengesot, keringat yang mengucur deras membasahi tubuhnya, tak membuatnya berhenti menjajakan dagangannya
Keuntungan Mak sebagai penjual keripik paling banyak hanya 15 ribu sehari. Sementara untuk modal jualan, mak meminjam uang tetangga. Ketika habis terjual, mak harus mengembalikan modal itu. Tapi jualannya sering tak laku. Jika lapar, mak terpaksa memakan keripik dagangannya sendiri untuk mengganjal perut.
Duka mak saat berjualan, beliau seringkali tidak dibayar oleh pembeli, bahkan mak juga pernah mendapati pembeli membayar dengan uang palsu.
Mak Enih ingin sekali ia dapat memiliki usaha kecil-kecilan di rumahnya agar ia tak perlu berkeliling lagi.
Teman-teman, ayo kita bantu Mak Enih untuk mewujudkan impian dan harapannya. Mari kita berbagi sedikit rezeki kita lewat donasi untuk Mak Enih, agar ia tak perlu berkeliling lagi dan bisa hidup lebih layak. Donasi dengan cara: