Pak Atang, seorang lansia yang penuh semangat, memulai harinya sebelum fajar menyingsing. Dengan langkah yang berat dan tubuh yang mulai ringkih dimakan usia, ia berangkat menuju stasiun kereta api pada pukul 4.30 pagi, membawa bakulan telur asin yang cukup berat. Meski usianya sudah lanjut, semangatnya untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup dan membayar kontrakan yang terus membengkak . Setiap hari, ia menapaki jalanan yang sepi di tengan perkotaan.
Namun, meski gigih berjuang, penghasilan yang didapat Pak Atang seringkali tidak mencukupi. Tak jarang ia harus menghadapai kenyataan pahit: uang yang ia peroleh dari hasil penjualan telur asin jauh dari cukup untuk menutup biaya hidup, apalagi untuk membayar kontrakan yang terus menggunung. Sayangnya, tidak ada seorang pun dari sanak saudaranya yang mengulurkan bantuan. Semua beban hidup harus ia pikul sendiri, dengan semangat yang tak pernah luntur meski kondisinya semakin rentan.
Lebih menyedihkan lagi, Pak Atang sering kali menjadi korban penipuan. Orang-orang yang membeli telur asinnya tiba-tiba kabur tanpa membayar, meninggalkan Pak Atang tanpa uang dan tanpa telur. Seringkali, ia harus berhutang pada juragan telur asin untuk mendapatkan stok baru, namun kesulitan ekonomi dan matanya yang mulai kabur membuatnya semakin rentan menjadi sasaran penipuan. Meski begitu, Pak Atang tetap bertahan. Kekuatan hati dan tekadnya untuk terus berjuang tidak pernah padam.
Teman-teman, mari kita berikan Abah Atang uluran tangan agar beliau bisa menikmati sisa-sisa hidupnya dengan tenang dan berdonasi dengan cara: