Pagi baru mulai menggeliat, tapi Abah Cucu sudah lebih dulu memulai harinya. Dengan langkah pelan dan gerobak tua yang jadi teman setia, ia menyusuri gang-gang kecil di kampung. Topi usang menutupi rambut putihnya, dan baju yang ia kenakan pun sudah lama tak baru.
Tapi jangan salah, semangatnya masih menyala. Di usianya yang sudah 76 tahun, Abah tetap setia memungut sisa-sisa yang dianggap tak berguna oleh orang lain.
Setiap botol plastik, kardus bekas, atau kaleng minuman ia kumpulkan satu per satu. Hasilnya? Kadang cuma cukup buat makan sehari. Tapi Abah nggak pernah mengeluh. “Yang penting halal,” katanya sambil tersenyum. Ada ketulusan dalam cara dia bekerja, ada rasa bangga dalam tiap langkahnya, meski tubuhnya mulai sering memberi tanda pinggang sakit, kaki pegal, napas sesak. Ya. tubuhnya mulai lelah.
Sebenarnya, Abah punya satu harapan kecil. Ia ingin berhenti mendorong gerobak itu. Ingin beristirahat dari panas dan hujan. Tapi bukan untuk duduk diam Abah ingin tetap bergerak, tetap mandiri.
Cuma caranya yang ingin diubah. Ia ingin punya usaha kecil di rumah. Entah jualan gorengan, warung kopi, atau apa saja yang bisa dijalankan tanpa harus keliling kampung lagi.
Mungkin buat kita, itu hal kecil. Tapi buat Abah, itu harapan besar. Supaya ia bisa tetap hidup dari tangannya sendiri, tanpa membebani siapa pun. Dan siapa tahu, lewat sedikit bantuan dari kita, harapan itu bisa jadi kenyataan. Karena sesederhana apa pun mimpi seseorang, kalau diperjuangkan dengan hati.. selalu layak untuk didukung.
Hai Orang-orang baik, mari kita bantu ringankan beban Abah Cucu agar beliau bisa hidup lebih layak lagi!