Di tengah hiruk-pikuk, Abah Daryono setiap hari berjuang dari pagi hingga malam berjualan mainan keliling. Dengan sepeda yang kini rusak, ia berjalan kaki menawarkan dagangannya ke sekitar sekolah TK.
Namun, perjuangan Abah penuh pilu, Abah ditipu oleh pembeli yang membawa kabur dagangannya tanpa membayar. Tidak jarang pula, ia menghadapi hinaan saat mencoba memberi mainan gratis kepada anak-anak yang tertarik dengan jualannya namun tak diizinkan oleh orang tuanya. Bahkan, Abah pernah dipalak oleh preman saat berkeliling, membuat penghasilannya yang sedikit semakin terkuras.
Penglihatannya kurang baik,mata abah buram yang membuat Abah tak bisa lagi melihat dengan sempurna.Tak jarang abah kesulitan untuk menghitung uang kembalian atau menerima uang pembeli.
Abah harus pindah-pindah kontrakan karena tak mampu untuk bayar, ketidakmampuan Abah juga jadi kekhawatiran nya takut tak bisa menyekolahkan anaknya.
Kondisi kesehatan Abah pun turut menjadi hambatan. Ia pernah menjalani operasi mata, namun hasilnya kurang maksimal karena terkendala biaya lanjutan. Kini, penglihatannya Abah masih buram, dan ia harus berjuang dengan tubuh lelah akibat berjalan jauh setiap hari.
Abah Daryono berharap bisa memiliki usaha yang lebih layak agar ia dapat melunasi tunggakan kontrakan, memenuhi kebutuhan hidup, dan membiayai pendidikan anak bungsunya hingga selesai.