“cincau… cincau…” teriak Abah Demo
Dengan tubuh rentanya, Abah Demo jalan kaki keliling menjual es cincau. Lelah rasanya, di usia 93 tahun masih harus cari nafkah di jalanan.
Jualan es cincau jadi satu-satunya sumber penyambung hidup Abah Demo. Semenjak istrinya meninggal dunia, tak ada lagi yang menemani dan mengurus dirinya di rumah.
Hanya seorang diri tinggal di kontrakan kecil dan jauh dari kata layak. Sudah 3 bulan lamanya, abah terpaksa menunggak untuk bayar kontrakan, karena penghasilannya tak mencukupi.
Ditinggal sang istri, abah juga terpaksa meminjam uang untuk tahlilan kecil-kecilan untuk mendoakan sang istri tercinta. Hanya bisa berikhtiar dan berserah diri.
Penghasilan yang minim, untuk sekedar beli makan saja kesusahan. Namun Abah Demo adalah sosok yang pantang menyerah untuk dirinya.
Berharap punya kehidupan yang lebih baik, Abah Demo belum tak bisa menghabiskan masa tuanya untuk beristirahat di rumah. Sahabat Berdampak, yuk kita bantu kehidupan Abah Demo yang lebih layak!