Kurus dan lunglai dengan langkah gontainya, namun tetap berusaha tegak berjalan meski harus terus menggendong sang anak. Itulah gambaran pertama yang bisa kita lihat dari Pak Hasan, seorang ayah yang gigih berjuang demi keluarga, meskipun beban hidup yang ia hadapi begitu berat.
Perjuangan seorang ayah tiada batas. Dalam satu hari, penghasilan Pak Hasan hanya sekitar 15 ribu rupiah. Namun tak jarang, ia berjalan berkilo-kilometer, berusaha keras, tapi dagangannya tak laku. Dalam keadaan seperti itu, untuk makan pun tak bisa, dan tak jarang Pak Hasan harus menahan lapar seharian. Bahkan, demi keluarganya, ia rela berpuasa tanpa mengeluh.
Dulu, Pak Hasan seorang pedagang ikan. Namun, tiga tahun lalu, hidupnya berubah total. Istrinya meninggal dunia, dan salah satu anaknya divonis mengidap penyakit gangguan saraf yang membuat seluruh tubuhnya lumpuh. Beberapa waktu lalu, anaknya itu pun meninggal dunia. Seiring dengan itu, Pak Hasan harus kehilangan pekerjaan dan harta bendanya yang dijual sedikit demi sedikit untuk memenuhi biaya pengobatan anaknya.
Namun, meski begitu banyak kesedihan yang menghimpit, Pak Hasan tak berlarut-larut tenggelam dalam duka. Ia memilih untuk terus berjuang, meski kini hidupnya jauh berbeda. Kini, Pak Hasan banting setir menjadi pedagang jambu hitam keliling. Setiap hari, ia berkeliling hingga puluhan kilometer sejak pukul 7 pagi dan kembali ke rumah ketika petang. Terkadang, karena serba kekurangan, Pak Hasan harus menahan lapar dan hanya bisa makan nasi tanpa lauk, dengan air putih sebagai kuahnya. Itulah makanan paling mewah yang bisa dinikmati oleh seorang lansia pejuang keluarga ini.
Pak Hasan bercerita, sering kali ia merasa dehidrasi dan kelelahan, bahkan sampai tertidur di pinggir jalan yang dilaluinya. Tidak jarang pula, ia dihina, disiram air, atau diusir saat berjualan. Semua itu, meskipun sangat menyakitkan, tetap bisa diterimanya dengan hati yang teguh. Pak Hasan tahu, setiap cobaan adalah bagian dari perjalanan hidup, dan ia meyakini bahwa suatu hari nanti, Tuhan akan memberikan pertolongan untuk keluarganya.
Ada satu prinsip yang selalu dipegang teguh oleh Pak Hasan: berusaha dan bekerja keras jauh lebih baik daripada berpangku tangan dan menjadi peminta belas kasihan. Meski kondisinya jauh dari kata cukup, ia tetap bekerja keras demi keluarga dan masa depan yang lebih baik.
Dan, untuk sekedar melepas rindu pada istri dan anaknya yang telah mendahuluinya, Pak Hasan selalu menyempatkan diri untuk berziarah ke makam mereka. Di sana, ia mendoakan yang terbaik untuk mereka yang telah pergi, dan menguatkan dirinya untuk terus melangkah di jalan perjuangannya.