Abah Sudar sudah berusia 73 tahun. Di usia senjanya, saat seharusnya bisa beristirahat, Abah justru harus berjalan kaki berkeliling dari desa ke desa menjajakan sayur seperti timun dan kangkung. Semua itu Abah lakukan demi menyambung hidup, untuk dirinya, dan untuk istrinya, Emak Emur.
Setiap hari abah memanggul kantong-kantong sayuran, berjalan sejauh 3–4 desa dari jam 8 pagi hingga malam, dengan penglihatan yang hanya tersisa 20%. Ia nyaris buta sejak usia 13 tahun. Beberapa kali ia jatuh di jalan, dagangannya berserakan, namun tetap dipungut satu per satu dengan sisa tenaga.
Jika sedang tidak musim panen, Abah tidak bisa jualan. Ia pun mencari pekerjaan lain: jadi buruh tani atau mencari rumput untuk ternak orang lain. Semua dikerjakan, asalkan bisa makan hari itu.
Dari berjualan seharian, Abah hanya mendapatkan Rp35.000, itupun kalau dagangannya habis. Dari satu kantong sayur, ia cuma untung Rp2.000. Sebagian uang harus disetorkan ke tengkulak sayur. Seringkali Abah bahkan hanya bisa makan nasi putih tanpa lauk, dibungkus dengan plastik bekas.
Abah tinggal bersama Emak Emur, istrinya yang berusia 58 tahun dan sedang sakit-sakitan. Emak mengidap penyakit sesak napas dan lambung. Ia harus minum obat rutin setiap hari. Untuk membantu keuangan, Emak ikut jadi buruh tani dan mencari rumput. Tapi sakitnya sering kambuh, membuatnya lemas dan tidak bisa bekerja.
Saat ini, rumah panggung tempat tinggal mereka mereka sudah lapuk dan bocor jika hujan. Abah yang renta dan bermasalah penglihatan, masih harus memanjat atap memperbaiki genting yang bocor. Emak hanya bisa menangis setiap kali hujan turun dan Abah belum pulang dari berjualan.
Emak sempat dirawat di rumah sakit karena sakit lambung. Selama dua hari ia terbaring sendiri, tanpa keluarga, tanpa makanan, hanya dengan uang Rp60.000 di tangannya. Ia menangis menahan lapar, tak kuat makan makanan rumah sakit yang membuat perutnya makin mual. Tak ada ongkos untuk pulang, sampai akhirnya ada orang baik yang mengantarnya pulang.
Abah sendiri saat itu sibuk mencari pinjaman untuk membayar pengobatan Emak, hingga mereka terpaksa menjual kambing satu-satunya yang mereka pelihara. Biaya rumah sakit saat itu mencapai Rp1 juta. Bahkan untuk membeli alat kerja seperti "carangka" (wadah sayur), Abah harus berutang Rp30.000 ke warung.
Belum selesai sampai di situ. Abah dan Emak sempat kehilangan kalung emas titipan saudara, diduga dicuri tetangga. Kini mereka terus didatangi saudara untuk menagih ganti rugi. Tapi jangankan untuk mengganti, untuk makan saja mereka masih harus berutang.
Abah ingin punya ternak agar tak perlu lagi keliling berjualan. Ia ingin punya usaha kecil di rumah agar bisa tetap dekat dengan Emak, tanpa harus membahayakan diri di jalanan. Dan yang paling utama, Abah ingin Emak bisa terus berobat dan hidup sehat.
Mari bantu ringankan beban di pundak Abah dan Emak. Yuk, jadi bagian dari kebaikan ini. Bersama kita bantu Abah dan Emak jalani masa tua yang lebih layak, lebih tenang, dan lebih manusiawi. Bantu dengan cara:
Beberapa informasi:
*Ayo Kita Peduli merupakan NGOs yang berdiri sejak 2023 dan berada di bawah naungan Ayo Berdampak Berdaya. Dengan tagline #BerdampakBerdaya kami berfokus pada masalah kemiskinan kelas sosial rentan perkotaan dan pedesaan melalui berbagai program dan campaign pemberdayaan untuk upaya peningkatan kesejahteraan.
Contact and More Information:
Instagram: @ayokita.peduli
Email: ayoberdampakberdaya.id@gmail.com
*Page ini merupakan bagian dari program Semua Berhak Nyaman.
*Dalam membantu penyebaran informasi terkait program ini dan program turunannya dalam fitur "Fundraiser", kami melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak mulai dari Media Partner, Organisasi, serta Publik Figur agar informasi mengenai program ini dapat tersebar luas dan menjangkau sebanyak-banyaknya orang untuk berkontribusi bersama.
*Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memberikan Paket Sembako, Bantuan Modal Usaha Penerima Manfaat, dan Bantuan Lainnya kepada para penerima manfaat yang membutuhkan. Selain itu hasil donasi juga akan disalurkan untuk penerima manfaat lainnya berdasarkan analisa kebutuhan pihak Yayasan.