Abah Umrosa, usianya 63 tahun seorang penjual ikan cupang. Abah berjualan ikan cupang di pinggir jalan dengan menggunakan motor tua kesayangannya. Dari jam 6 pagi sampai jam 5 sore, abah berkeliling meski tubuhnya sudah tua dan renta. Untungnya juga tak seberapa, hanya 2 ribu rupiah dari setiap bungkus yang terjual demi menyambung hidup.Kondisi Abah sangat memprihatinkan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari seringkali tidak ada uang.
Terkadang, mereka hanya bisa makan tahu yang dihancurkan, kangkung dengan garam atau gehu, dan itu sudah dianggap bersyukur. Belum lagi kondisi fisik Abah yang mulai sakit-sakitan, sehingga harus mengonsumsi obat-obatan. Seharusnya, Abah bisa beristirahat di rumah dan membiarkan anaknya yang bekerja. Namun, karena anaknya sampai saat ini belum mendapatkan pekerjaan, Abah terpaksa berkorban demi memastikan anak dan istrinya tetap bisa makan.Menempuh jarak yang jauh, abah seringkali merasa capek dan tak sanggup jkarena kondisi Abah yang semakin menua, ia khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Akhirnya, Abah memutuskan untuk berhenti berjualan di Jakarta dan melanjutkan usaha berjualan jam tangan di daerah Alun-Alun Garut, yang merupakan wilayah tempat tinggalnya. Dengan begitu, Abah bisa berjualan lebih dekat dan usaha tersebut masih dapat dijangkau dengan motor.Di usia Abah yang semakin tua, ia memiliki riwayat penyakit darah tinggi, vertigo, dan penglihatannya pun semakin kabur, yang membuatnya kesulitan berjualan. Saat sedang berjualan, vertigo sering kambuh, sehingga Abah terpaksa berhenti sejenak dan beristirahat di pinggir jalan.
Kadang-kadang, saking tidak kuatnya, Abah bahkan sampai tertidur. Karena penglihatannya yang buram dan tidak jelas, Abah pernah juga menabrak mobil yang sedang terparkir.Mari bantu ringankan beban kehidupan Abah Umrosa di masa tuanya melalui:
Kalian dapat berdonasi dengan cara :