 
            “Saya sudah lelah... lutut saya makin tua, bukan makin muda,” ucap Bu Suci sambil tersenyum menahan rasa sakit.
Bu Suci (43 tahun) adalah seorang penyandang disabilitas. Sejak lahir, kedua kakinya tidak sempurna, begitu pula tangan kirinya. Tapi di tengah keterbatasan itu, ia tetap berusaha mandiri. Setiap hari, dari pukul 8 pagi hingga 5 sore bahkan sering sampai malam Bu Suci berkeliling menjual tisu.

Penghasilannya sangat minim. Namun dari uang itu, ia berjuang untuk tetap bertahan hidup, meski banyak kebutuhan hidupnya yang tidak dapat terpenuhi sehingga menunggak bayar kontrakan selama 5 bulan yang sampai saat ini belum lunas.
Beliau berjualan tisu keliling sudah dari tahun 2019, dan selama itupula banyak sekali pengalaman yang tidak menyenangkan yang Ia sudah lalui dari mulai terkena tipu uang Palsu sampai dengan dikejar Anjing padahal kondisi Bu Suci jangankan untuk lari untuk berjalan pun Ia begitu kesulitan makanya tak terbayang ketika Ia sedang dikejar anjing, sungguh miris.

Kini, ia hidup seorang diri di kontrakan kecil berukuran 3 meter persegi, dengan biaya sewa Rp600.000 per bulan dan listrik sekitar Rp100.000. Tak ada keluarga yang bisa banyak membantu adiknya hidup serba pas-pasan dan tinggal jauh, sementara dua kakaknya sudah tiada.
Satu-satunya tempat ia mencurahkan rindu hanyalah Bapak yang kini sudah pikun dan tinggal di Bogor. Hampir setiap hari mereka berkomunikasi lewat video call. Tapi Bu Suci selalu berusaha terlihat bahagia di depan Bapak.

“Saya nggak mau Bapak sedih lihat saya. Saya udah nggak sempat bahagiain Ibu dulu, jadi sekarang saya cuma ingin bikin Bapak tenang,” ucapnya sambil meneteskan air mata.

Meski hidupnya berat, Bu Suci tidak pernah menyerah. Ia percaya, Allah selalu menemaninya. Dalam setiap langkah di atas lututnya yang lemah, ia berdoa agar diberi kekuatan dan keajaiban.
“Saya cuma pengin bisa jualan di kios, nggak keliling lagi. Saya capek, tapi saya nggak mau berhenti berjuang karena saya tidak mau menyusahkan orang lain,” katanya lirih namun penuh semangat.
Di balik tubuh yang tak sempurna, Bu Suci menyimpan hati yang luar biasa kuat. Ia mengajarkan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah selama masih ada harapan, selama masih ada iman, perjuangan harus terus berjalan.

Orang baik,meski Hidup sendirian dengan tubuh yang tak sempurna, Bu Suci tetap memilih untuk berjuang, bukan menyerah meski setiap hari ia harus menahan sakit di lutut dan tangannya hanya untuk bisa bertahan hidup dari berjualan tisu keliling.Mari bantu ringankan beban Bu Suci dengan cara:
Klik Donasi Sekarang
Masukan Nominal Donasi
Pilih Metode Pembayaran
Dapatkan Laporan Via Email
Kamu juga bisa bagikan galang dana ini agar semakin banyak do’a dan dukungan yang terkumpul. Aamiin
