Sambil jalan terpincang-pincang tanpa alas kaki, Mang Sutisna atau lebih dikenal dengan Mang Entis memegang tongkat kayu dan jalan kaki menyusuri jalan setapak yang terjal keliling kampung untuk menjajakan dagangannya berupa nyiru/ayakan dari anyaman bambu.
Beliau tidak berjualan setiap hari, karena Mang Entis harus membuat anyaman nya terlebih dahulu. 1 buah nyiru yang dibuatnya memerlukan waktu sekitar 2 hari. Setelah nyiru yang dibuatnya selesai, beliau menjajakannya keliling kampung. Nyiru yang dijualnya seharga 20.000-25.000 namun dalam sehari tak jarang nyiru yang dijualnya tidak laku.
Bahan bambu untuk dibuat ayakan, karena Mang Entis tidak ada modal. Ia harus berhutang ke orang lain, jadi jika dagangannya laku beliau harus membayar hutangnya.
*”Saya di rumah tinggal bersama ibu, beliau udah tua. Jadi saya yang mencari nafkah untuk saya dan ibu dirumah”* Ujar Mang Entis