Setiap hari, langkah kaki renta itu menyusuri jalanan, menenteng gorengan yang ia jual keliling kampung. Bukan untuk menafkahi anak, bukan pula untuk menyambung hidup sendiri. Tapi untuk satu alasan yang paling mulia yaitu merawat ibunya yang sedang sakit jantung akut.
Namanya Nek Siti, 62 tahun yang tinggal di Kab. Bandung. Di usia senjanya, ia menjadi satu-satunya harapan sang ibu yang sudah berusia 78 tahun Nek Anih namanya. Sang ibu sudah tak mampu berjalan jauh, sering sesak napas, dan membutuhkan pengobatan rutin serta obat-obatan harian.
Di rumah kontrakan kecil di pinggir jalan, mereka tinggal berdua. Tidak ada suami, tidak ada anak. Hanya ada kasih sayang dan pengorbanan yang tak terucap. Setiap malam, Nek Siti menyuapi ibunya, memandikan, bahkan memijat tubuh sang ibu yang mulai sulit digerakkan.
Pernah suatu kali, Nek Siti tidak makan seharian demi bisa membeli satu strip obat jantung untuk ibunya. Bahkan ketika tubuhnya demam karena hujan saat berjualan, ia tetap memaksakan diri keluar. "Kalau saya nggak jualan, ibu nggak bisa minum obat," ucapnya lirih.
Hidup mereka penuh keterbatasan. Tapi cinta dan ketegaran itu tak pernah surut. Setiap hari adalah perjuangan panjang, antara harapan dan air mata.
Sahabat, Nek Siti tidak pernah meminta-minta. Tapi hari ini, mari kita jadi penolong baginya. Ulurkan tangan untuk membantunya merawat sang ibu tercinta. Bantuanmu sekecil apa pun akan sangat berarti.