Kisah ini berangkah dari cerita hidup seorang pejuang nafkah disabilitas yang patut diacungi jempol, Pak Cecep Herman, yang kini berusia 45 tahun.
Keberaniannya tak terbatas meskipun hidupnya diwarnai dengan keterbatasanIa bukan hanya seorang suami bagi Ibu Nur (42), tapi juga seorang ayah bagi dua anak perempuannya. Anak kedua, Fadlah Sakinatunisa, akrab dipanggil Nisa, menderita cerebral palsy (CP) yang membuatnya menjadi seorang tuna daksa.
Pak Cecep, dengan semangat pantang menyerah, berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Setiap harinya, ia menjajakan mainan anak dan jepit keliling kampung sejauh 12 kilometer.Namun, hasil penjualannya hanya mencapai 25 ribu per hari, sedangkan kebutuhan harian keluarganya mencapai 70.000.
Isterinya, Ibu Nur, tak bisa bekerja karena harus merawat Nisa yang membutuhkan pengawasan ekstra karena sering mengalami lemas dan kejang.
Saat ini, keluarga Pak Cecep dan Nisa membutuhkan bantuan. Nisa memerlukan kursi roda khusus dengan penyangga tulang belakang dan leher untuk mendukung mobilitasnya. Selain itu, biaya obat-obatan Nisa mencapai 660 ribu per bulan.
Mari kita berikan uluran tangan untuk Pak Cecep demi anaknya yang cerebral palsy serta kehidupan yang lebih layak. Mari bantu Pak Cecep dengan cara: