"Sebetulnya saya khawatir harus meninggalkan bapak seorang diri di rumah, selain karena kondisi bapak yang sakit, juga khawatir rumah tiba-tiba Roboh karena kondisinya sudah sangat lapuk dan belum ada rezeki buat perbaikan. tapi kalau gak ikhtiar keliling kami mau makan dari mana" Ungkap Supardi Cemas
Pak Supardi, 34 tahun pedagang asongan disabilitas. Menyeret kaki dengan susah payah untuk menjual asongan yang ia bawa, demi menghidupi dirinya sendiri juga ayahnya yang sakit. Pak Supardi tak pernah menyerah. Setiap langkahnya adalah sebuah perjuangan untuk menghidupi Ayah yang sakit.
Kaki yang sakit, rumah yang lapuk, dan Ayah yang sakit-sakitan adalah cobaan berat yang harus dihadapi. Di tengah kesulitannya, Pak Supardi tetap tegar. Ia hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Ayahnya.
Di balik tubuh kurusnya dengan pakaian lusuh, Pak Suryadi punya kisah yang membuat ia dulu hingga putus sekolah karena tak kuat lagi harus menerima hinaan, hardikan dan rundungan.
Kini dengan bantuan tongkat berjalan dengan susah payah menjemput rezeki, Dengan kondisi fisiknya yang istimewa dan tak memiliki ijazah apapun, tentu tak mudah bagi Pak Suryadi mendapatkan pekerjaan formal untuk sekedar bertahan hidup.
Beruntung ada orang yang mau mempekerjakan dirinya saat ini sebagai pedagang keliling, meski dengan penghasilan yang tak menentu dan membutuhkan tenaga ekstra baginya untuk menjalani profesinya itu karena keterbatasan fisiknya.
Pak Supardi, memiliki mimpi ingin memiliki warung dirumahnya. Karena dengan keterbatasannya sangat sulit untuk untuk terus menjadi tukang asongan.