“Saya terpaksa keliling karena bengkel ada di dalam, ga kelihatan. Sering nangis karena nahan lapar, neng,” tutur Abah Namin dengan suara lirih.
Setiap hari, Abah Namin harus mendorong gerobaknya berkilo-kilometer demi menawarkan jasa bengkel sepeda keliling. Namun, jarang sekali ada orang yang memakai jasanya. Penghasilan yang didapat tidak menentu, bahkan kadang dua hari sekali pun tidak ada pemasukan. Uang yang diperoleh hanya cukup untuk membeli sedikit beras, hingga Abah kerap menahan lapar.
“Saya kadang makan kadang engga, nangis batin saya. Selalu berjuang mati-matian disini, selama hidup selalu cape terus,” ucap Abah sambil menangis.
Kini Abah tinggal di rumah tak layak huni yang sering bocor ketika hujan. Istri dan anaknya hidup terpisah di luar kota karena faktor ekonomi, sementara Abah tetap bertahan di kampung dengan bengkelnya yang sepi pelanggan. Bekas jatuh membuat tulang pinggul Abah bergeser, sehingga ia berjalan dengan kaki yang diseret. Operasi yang seharusnya dilakukan tak pernah terlaksana karena ketiadaan biaya.
Dulu, Abah bersama keluarga pernah berjualan buah-buahan. Namun setelah lapaknya digusur dan usahanya bangkrut, ia pulang kampung dan bertahan hidup sebagai tukang bengkel. Sekarang, setiap kali keliling, Abah hanya ditemani air minum dari rumah untuk mengganjal rasa lelah dan lapar.
Harapan Abah sederhana: bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memiliki usaha yang layak, agar tidak lagi menahan lapar.
ð Cara Donasi:
1.Klik Tombol Donasi Sekarang
2.Masukkan nominal donasi
3.Pilih metode pembayaran (GoPay/OVO/Virtual Account)
4.Dapatkan laporan via email