Keadaan De Azka semakin parah. Pada usia dua tahun, ia mengalami kecelakaan sepeda yang mengubah segalanya, dan sayangnya, tak ada yang membawanya untuk berobat. Bu Rani, ibunya, terpaksa pasrah, tak memiliki uang untuk membawa buah hatinya ke dokter, hanya bisa mengandalkan tukang urut—sebuah pilihan yang semakin menyakitkan seiring berjalannya waktu.
Berobat ke tukang urut menjadi harapan yang hampa, sementara De Azka tak kunjung sembuh. Tulang-tulangnya semakin melengkung, dan tubuh kecilnya menjadi keropos. Dokter pun akhirnya memberi diagnosis yang menakutkan: TB Tulang. Penyakit yang mengancam jiwa seorang anak berusia tujuh tahun ini seolah merenggut masa depannya, menggantikan tawa dan keceriaan dengan kesedihan dan ketidakberdayaan.
Di saat teman-teman seusianya bermain ceria, De Azka terkurung dalam dunia kesepian dan kesakitan. “Mah, kenapa Azka harus begini? Apa Azka bisa sembuh lagi?” tanyanya dengan suara lirih. “Azka malu, sering diolok-olok. Mamah, kalau ada uang, Azka ingin ke dokter.” Setiap kata yang keluar dari bibirnya adalah pisau yang menghujam hati Bu Rani, menggambarkan betapa berat beban yang harus mereka tanggung.
Keadaan fisik De Azka bukan hanya menjadi beban fisik, tetapi juga menimbulkan trauma mendalam bagi psikologi mereka berdua. Setiap hari, Bu Rani berdoa dengan harapan yang teramat tulus agar putranya diberikan kesembuhan. Ia menjajakan keripik dengan berjalan kaki, menyusuri kampung demi kampung, hanya untuk mendapatkan penghasilan 30 ribu sehari.
“Kata dokter, harus berobat rutin, kalau tidak tulangnya bisa rusak, bahkan bisa lumpuh. Tapi bagaimana, saya bingung, tak ada biaya lagi,” ujar Bu Rani, dengan air mata yang tak henti mengalir.
Mari kita bayangkan betapa berat rasa sakit dan beban psikologis yang dialami Azka dan Bu Rani. Seorang ibu yang berjuang keras mencari biaya, penuh dengan air mata dan harapan, hanya untuk melihat anaknya sembuh—sebuah harapan yang mungkin terwujud jika mereka bisa mendapatkan perawatan di rumah sakit, terutama jika diperlukan operasi.
Sebagai bagian dari Sirkel Baik, mari kita sebar luaskan bantuan untuk De Azka. Mari kita bergandeng tangan, menyebarkan kampanye ini, dan memberikan donasi, karena setiap kontribusi, sekecil apapun, bisa memberikan harapan baru bagi De Azka dan ibunya.