Disaat usianya yang semakin tua dan tenaga yang sudah tidak sekuat dahulu, abah kasim harus menyambung kehidupannya dengan berjualan cilok keliling. Meski penghasilannya tak menentu tetapi abah tetap bersemangat untuk mencari nafkah.
Dengan tenaga seadanya abah mulai berjualan dari jam 7 pagi hingga sore sambil mendorong gerobak miliknya dengan menempuh jarak kiloan meter untuk menyusuri pemukiman warga dan sekolah-sekolah dengan harapan ada yang mau membeli cilok buatannya tersebut. Namun, dagangan abah tidak selalu laku meski begitu abah tidak pernah putus asa dan tetap bersemangat untuk berjualan.
Penghasilan yang abah peroleh dari berjualan sangatlah tidak menentu terkadang dari pagi hingga sore abah memperoleh 40 ribu atau terkadang juga hanya cukup untuk membeli beras saja. Abah bercerita bahwa pernah dalam sehari tidak ada yang membeli dagangannya sehingga abah pulang dengan membawa cilok yang masih penuh dan tidak membawa uang sepeserpun. Meski begitu, abah menganggapnya sebagai takdir abah karena belum rezekinya.
Abah juga bercerita bahwa dahulu ia berjualan cilok dengan menggunakan sepeda tetapi karena minyak tanah semakin mahal sehingga ia memutuskan menggunakan gerobak dorong saja. Karena umur abah yang semakin tua juga, terkadang abah tidak berjualan cilok selama beberapa hari karena sering sakit dan pegal seluruh tubuhnya. Bahkan, saat sedang berjualan dan merasa kelelahan abah juga sering sesak nafas. “Pengennya istirahat, tapi mau gimana lagi ga ada yang nyari uang” Lirih abah kasim
Abah kasim selalu berharap dan berdoa agar tidak lagi kesulitan membeli beras untuk makan dan membeli kebutuhan sehari-hari lainnya karena penghasilan yang tidak menentu membuatnya kesulitan untuk membeli semua kebutuhan tersebut. Orangbaik maukah kamu meringankan beban abah kasim agar bisa makan tanpa merasa kesulitan lagi?
Bantu dengan cara: