“Selama masih bisa gerak, saya mau terus jualan. Hidup ini ujian, tapi ujian yang indah.” Pak Rodi.

Setiap pagi, dari Subang menuju Cikarang, seorang pria paruh baya bernama Pak Rodi menempuh perjalanan panjang untuk berjualan balon anak-anak. Dengan motor rakitan tiga roda yang sudah rapuh, rantai sering copot, dan rem yang kadang blong, beliau tetap berangkat. Kadang naik bis, kadang dorong motornya sendiri yang penting bisa mencari rezeki halal untuk keluarga kecilnya.

Sehari-hari, Pak Rodi menjual balon seharga Rp2.000. Dari 100 balon yang dibelinya seharga Rp140.000, tak jarang hanya sebagian kecil yang laku. Jika hujan turun, penghasilannya nyaris tak ada. Namun, di tengah keterbatasan itu, beliau masih suka membagikan balon yang tersisa untuk anak-anak di jalanan. “Daripada dibuang, lebih baik bikin mereka senang,” katanya sambil tersenyum.

Untuk beristirahat, Pak Rodi sering tidur di masjid, pom bensin, atau pos ronda. Pernah suatu malam, saat hujan deras, beliau diusir dari masjid karena belum izin dengan DKM. Basah kuyup, beliau tetap bertahan mencari tempat lain agar bisa beristirahat sejenak.
Beliau juga pernah kehilangan tas berisi dompet, uang jualan, dan KTP, dicuri saat sedang tidur di masjid. Tak bisa pulang, beliau memilih tetap berjualan agar bisa mengumpulkan ongkos kembali ke rumah.


Di balik semangatnya, Pak Rodi menyimpan luka yang dalam.
Tujuh tahun lalu, beliau mengalami kecelakaan kerja di proyek pabrik yang membuat kedua kakinya harus diamputasi. Kini, beliau berjalan dengan satu kaki palsu dan dua tongkat, karena kaki palsu satunya hilang jatuh di jalan. Tongkatnya pun sudah licin karena karetnya habis, membuat beliau sering terjatuh.
Meski tubuhnya lemah, semangat Pak Rodi tak pernah padam. Ia tetap berusaha menghidupi istri dan anaknya yang baru 7 tahun, yang masih duduk di PAUD di Subang. Sementara ibunya yang sudah lanjut usia kini sedang stroke ringan dan dirawat di rumah sakit, membuat Pak Rodi dan adik-adiknya harus bergantian menjaga dan menanggung biaya pengobatan.

Kini, penghasilan dari jualan balon nyaris tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Namun beliau tidak menyerah. Pak Rodi punya impian sederhana: ingin punya usaha kecil membuat kerajinan bunga dari limbah plastik agar bisa tetap berkarya tanpa harus berkeliling di jalan dengan tongkat.
Namun untuk mewujudkannya, ia butuh bantuan untuk memperbaiki motor, membuat kaki palsu baru, dan sedikit modal usaha. Bantu dengan cara: