"Kadang saya dan suami harus menahan lapar, asalkan anak anak bisa makan" Ujar Bu Samsiah.
Samsiah (46), seorang ibu hebat yang telah mengarungi perjalanan hidupnya dengan penuh ketabahan. Selama hampir 14 tahun terakhir ia harus berjuang untuk suami dan ke 2 anaknya. Sang suami mengalami depresi akibat tekanan perekonomian keluarga.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, Ibu Samsiah terpaksa bekerja keras dengan mencari nafkah dengan memulung. Sang suami semenjak depresi seringkali enggan bekerja karena dihantui rasa takut yang tak jelas jika keluar rumah. Bahkan seringkali sang suami mengamuk tanpa sebab.
"Kadang kalau lagi agak baikan, saya selalu ditemani suami memulung, tapi kadang saya khawatir jika suami ikut memulung tiba tiba mengamuk di jalan" Ujar Bu Samsiah
Pernah suatu saat sang suami pergi dan hilang selama beberapa hari, dan akhirnya ditemukan pada malam hari di sebuah hutan dengan kondisi linglung.
Dikarenakan keterbatasan biaya, sang suami, Pak Tarya (58) tidak pernah dibawa berobat secara intensif ke rumah sakit, hanya berobat ke puskesmas terdekat dan diberi obat penenang.
Jangankan untuk berobat, untuk makan sehari hari saja mereka kesulitan. Belum lagi harus mencari biaya untuk ke 2 anaknya yang masih bersekolah, dan saat ini pun masih banyak kebutuhan sekolah kedua anaknya yang belum terpenuhi.
Dari pagi hingga malam hari, Bu Samsiah hanya mampu mengumpulkan sekitar Rp.15.000 - Rp. 20.000 per hari. Tak jarang mereka hanya bisa makan dengan nasi tanpa lauk, atau nasi dengan kerupuk dan kecap.
Begitulah setiap hari, Ibu Samsiah harus berjuang dengan keterbatasan ekonomi yang menghimpit.
Berbekal gerobak kecil yang sudah usang, setiap hari Bu Samsiah ditemani sang anak, Iqbal berkeliling dari kampung ke kampung untuk mengumpulkan plastik bekas.
Gerobak yang dibawanya cukup berat karena roda dan ban nya sudah sangat tidak layak lagi untuk dipergunakan, oleh karenanya Bu Samsiah selalu ditemani sang anak untuk membantu mendorong gerobaknya secara bergantian.
Sedangkan Rohmat, anak Bu Samsiah yang lainnya, setelah pulang sekolah pergi ke sungai mencari ikan untuk dimakan mereka.
"Kasian Iqbal harus dibawa memulung, sampai-sampai ia sering di ejek oleh teman-temannya karena sering memulung dengan saya, padahal kami memulung untuk cari nafkah" Ujar Bu Samsiah
Meskipun Sang Anak selalu ikut Bu Samsiah untuk memulung, namun ia tak lupa untuk belajar. Di sela sela waktu memulung, sambil beristirahat Iqbal selalu menyempatkan untuk belajar.
"Meskipun saya pemulung tapi saya ingin anak-anak saya sekolah setinggi mungkin, saya gak mau anak-anak saya gak berpendidikan seperti orang tuanya yang hanya lulusan SD" Tambahnya.
Kehidupan keluarga Ibu Samsiah dipenuhi dengan keterbatasan dan tantangan. Meskipun demikian, ia tidak pernah menyerah. Beliau berjuang setiap hari, berharap bisa melanjutkan lagi pengobatan sang suami dan memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya, sekaligus memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Sahabat Kebaikan, saatnya kita hadir untuk mereka. Dukunganmu akan sangat berarti untuk membantu keluarga Ibu Samsiah.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu Samsiah serta membantu penerima manfaat lainnya di bawah naungan Yayasan Global Sedekah Movement.