"Saya sedih dan gak bisa tidur tenang, sudah hampir 3 bulan saya belum pulang kampung dan kirim uang buat anak. Belum cukup uang" Ujar Pak Agus
Tangan nya bergetar sambil memegang air yang ada dalam plastik untuk diminum.
Dengan kaki yang pincang, Pak agus (55 tahun) difabel yang hidupi keluarga dengan kemampuan seadanya. Kondisi kaki sebelah kanannya lebih kecil, tak bisa berjlan dengan normal seperti orang pada umumnya.
Beberapa kali ia berhenti karena tak kuat menahan sakit pada kaki nya, kelelahan dan pegal sering ia rasakan setiap harinya. Belum dapat pelanggan satu pun dalam seharian, Pak Agus terpaksa harus menahan lapar, tak jarang ia harus berhutang ke warung nasi.
Semenjak istrinya meninggal karena kanker rahim, Pak Agus memutuskan untuk merantau ke Bandung berniat untuk memperbaiki nasib. Tapi Keberuntungan tak berpihak kepadanya, ia malah hidup sengsara ditanah rantau, kelaparan dan juga kesakitan.
"Kalau dikampung saya sering teringat almarhum istri, jadi saya memutuskan untuk merantau ke Bandung" ucap Pak Agus
Bukan hanya kelpaaran, Pak Agus sedih karena tak bisa mengirim uang keanaknya dikampung sudah berbulan-bulan. Tak ada satunpun orang yang melirik jasanya, kakinya yang tak sempurna sudah berjuang keras tapi malang nasib beruntung tak berpihak ke Pak Agus.
Pak Agus ingin sekali punya warung, kaki nya tak kuat lagi untuk berjalan jauh, ia kesakitan jika terus dipaksakan.
Temen-temen, maukah sisihkan sedikit rezeki untuk meringankan beban Pak Agus dan mewujudkan impiannya memiliki warung agar bisa hidup dengan layak?
Yuk bantu wujudkan harapannya dan berbagi kebahagiaan untuk beliau dari kebaikan sahabat semua.