Setiap hari tubuh ringkih itu berjalan kaki keliling kota menawarkan dagangan yang ia jual. Ialah Abah Suyitno, kakek berusia 75 tahun penjual kerupuk kentang keliling di pinggiran Kota Bandung.
Bertahun - tahun sejak Abah Suyitno merantau dari Tasikmalaya demi menafkahi keluarganya di kampung. Bertahan hidup sendirian, ia harus hidup menumpang karena tidak memiliki tempat tinggal sendiri. Meski hidup menumpang Abah Suyitno berusaha untuk tidak merepotkan pemilik rumah dengan mencari biaya hidup sendiri untuk makan dan menafkahi istrinya di kampung.
Sebelumnya abah Suyitno mencari nafkah dengan menjadi kuli angkut di pasar. Namun seiring berjalannya waktu tubuhnya semakin lemah dan tak kuat memikul beban yang berat. Kini Abah Suyitno harus hidup berdampingan dengan beberapa penyakit yang menyerang tubuhnya seperti varises dan gangguan saraf yang membuat tubuhnya tremor parah atau tidak bisa diam dan terus bergetar. Karena tubuhnya yang semakin ringkih pula, kini abah Suyitno beralih profesi menjadi penjual kerupuk kentang keliling dan telur asin.
Sejak pagi buta ia bersiap-siap dengan menggoreng dan membungkus kerupuk yang akan ia jual, lalu berkeliling dengan berjalan kaki sambil memikul dagangannya dan menawarkan dagangannya. Tidak berjualan secara menetap, Abah Suhirno beberapa kali berpindah tempat dengan harapan kerupuk yang ia bawa dapat terjual habis. Namun miris, karena tubuhnya yang ringkih dan tidak bisa beraktivitas dengan cepat, seringkali lapak yang digunakan abah Suyitno untuk berjualan diambil orang lain. Tak jarang juga lapak dagangan abah Suhirno ditutupi oleh pedagang lain hingga kerupuk yang ia jual tidak bisa terlihat oleh orang yang berlalu-lalang.
Lebih mirisnya dalam sehari Abah Suyitno hanya mampu menjual dua hingga 3 bungkus kerupuk kentang, bahkan tak jarang ia harus membawa kembali kerupuk yang ia jual karena tidak ada pembeli.
Dengan keuntungan 5000 rupiah per bungkus, seringkali Abah Suyitno kesulitan memenuhi kebutuhan makannya hingga tak dapat menafkahi istrinya secara layak. Penyakit gangguan saraf dan varisesnya pun tak mampu diobati karena keterbatasan biaya yang di hadapi oleh Abah Suyitno. Di usia yang seharusnya menjadi waktu untuk beristirahat, Abah justru harus terus memikul beban hidup.
Harapan abah yakni ingin menghidupi istrinya di kampung dengan lebih layak juga dapat memberikan pengpbatan untuk penyakit varises dan gangguang saraf yang ia miliki.
Sobat Aksi, Abah Suyitno sangat butuh bantuan dari kita. Kalian bisa wujudkan keinginannya dengan cara:
1. Klik tombol “DONASI SEKARANG”;
2. Masukkan nominal donasi;
3. Pilih metode pembayaran GoPay atau transfer Bank (transfer bank BNI, Mandiri, BCA, BRI, BNI Syariah, atau kartu kredit) dan transfer ke no. rekening yang tertera;
4. Dapatkan laporan melalui email.