Lahir dengan keterbatasan fisik tak memadamkan semangat Kakek Abdul untuk tetap mencari nafkah demi bertahan hidup. Dengan kondisi mengesot, setiap hari Kakek Abdul (58 tahun) mengelilingi desa untuk menawarkan dagangan-dagangannya.
Istri Kakek Abdul sudah meninggal dunia lima tahun yang lalu. Beliau pun tak dikaruniai anak dan kini Kakek Abdul hidup sebatang kara. Untuk bertahan hidup, setiap hari Kakek Abdul keliling desa sambil mengesot untuk menjual jajanan dagangannya. Kakek Abdul berjualan dari pukul 6 pagi hingga matahari terbenam.
Namun sayang, sudah berkeliling selama satu hari penuh pun penghasilan Kakek Abdul tak pernah cukup. Dalam satu hari, penghasilan Kakek Abdul paling banyak hanya 10 ribu rupiah. Uang tersebut sangat tidak sebanding dengan yang beliau kerahkan untuk menjajakan dagangannya.
Miris sekali ketika Kakek Abdul menceritakan pengalaman pahitnya ketika mencari nafkah di jalanan. Dimulai dari tertabrak becak ketika berkeliling hingga kehilangan dagangannya karena dicuri oleh orang jahat ketika beliau sedang beristirahat di pinggir jalan.
Sering pulang dengan tangan kosong, Kakek Abdul hanya bisa makan dengan nasi yang disiram oleh air untuk mengganjal perutnya. Kakek Abdul tak mampu untuk membeli lauk teman makannya. Jangankan membeli lauk, untuk beli beras satu liter saja sulit sekali bagi Kakek Abdul.
Di usianya yang sudah tak muda lagi, Kakek Abdul berharap suatu hari nanti beliau bisa memiliki modal usaha untuk membuka warung di depan rumahnya dan tak perlu berjualan keliling dengan kondisi mengesot.
Mari kita bantu Kakek Abdul untuk mewujudkan impiannya dan berikan beliau ukuran tangan dengan cara: