KAKI PINCANG JUAL TISU DEMI HIDUPI ANAK

Pilu! Tahan Sakit Ayah Difabel Bertahan Demi Anak

Di tengah kerasnya hidup, masih ada sosok luar biasa yang membuktikan bahwa cinta seorang ayah tak mengenal batas. Namanya Pak Saepulloh (58 tahun) seorang ayah, seorang pejuang, dan seorang penyandang disabilitas yang terus berjuang di tengah keterbatasan. 

Seorang penyandang disabilitas dengan kelainan genetik. Kedua kakinya melengkung dan terpelintir ke dalam, kedua tangannya pun tak sempurna. Namun semangat hidupnya tetap utuh, bahkan jauh melampaui batas fisiknya.

Teman-teman sesama pedagang sering memanggil beliau dengan sebutan “Jerry”. Julukan itu begitu melekat, hingga sampai sekarang, banyak orang mengenalnya sebagai Pak Jerry.

Beliau telah mengalami kelumpuhan sejak masih bayi. Dahulu, ia sering mengalami demam tinggi, dan orang tuanya kerap membawanya ke mantri untuk berobat. Namun, seiring waktu, kondisinya justru memburuk. Kedua kakinya perlahan menjadi lumpuh dan kemudian membengkok. Tak hanya itu, penglihatannya pun turut terganggu, sampai akhirnya mata kirinya tidak lagi bisa melihat.

Setiap hari, di bawah terik matahari dan panasnya aspal jalanan, Beliau berjuang mengais rezeki sebagai penjual tisu di lampu merah. Dengan sepeda pinjaman dari adik iparnya, ia menempuh perjalanan hingga dua jam sambil menahan nyeri di kakinya. Ia berangkat sejak pukul 5 pagi dan baru pulang larut malam, namun seiring bertambahnya usia, kini beliau sering pulang di sore hari.

"Tisunya, Pak, Bu..." ucapnya sambil tersenyum, meski mungkin perutnya sedang kosong yang hanya diisi air putih.

Penghasilannya? hanya Rp.50.000-Rp.100.000 sehari, itupun kalau Tisu nya habis semua, namun seringkali hanya sekitar Rp.30.000 saja, atau bahkan sampai tidak ada yang membeli. Semua ia jalani dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Sebab ada satu hal yang menjadi motivasi terbesarnya, yakni anak semata wayangnya.

Meski hidup sendiri di kontrakan kecil dan telah lama berpisah dengan sang istri, kontrakan yang hanya 2-3 meter persegi, terkadang sering bocor dan banjir ketika hujan, dan sering adanya tikus dan kecoa. Atap nya pun di lapisi plastik agar apabila bocor, airnya tidak jatuh ke kamar. 

Pak Saepul tak pernah absen menyisihkan uang untuk kebutuhan anaknya yang kini tinggal bersama ibunya. Ia rela menahan lapar, menunggak bayar kontrakan Rp.300.000 per bulan, asal bisa tetap mengirimkan sedikit demi sedikit untuk putrinya.

Hidup di jalanan penuh risiko. “Pernah waktu itu saya kesenggol motor. Ya luka-luka ringan. Kadang yang nyenggolnya suka langsung kabur,” Ujar beliau.

Bahkan, kadang ada pembeli yang tidak membayar sesuai harga meski tisu sudah dijual dengan harga sangat murah.

"Pernah ada yang beli, tapi ngasih uangnya kurang. Ya saya bilang nggak apa-apa, seadanya saja. Mungkin memang segitu rezeki saya hari itu," Ujar Pak Saepul dengan senyum pasrah.

Terkadang, setelah seharian berjalan dan berdiri di pinggir jalan, kakinya mulai nyut-nyutan dan sakit luar biasa.

"Kalau udah mulai nyut-nyutan, ya saya beresin aja jualan, langsung pulang. Kalau sakit, ya saya cuma olesin obat. Soalnya mau berobat juga nggak ada uangnya," Ungkap nya.

Meski tubuhnya lelah, semangatnya tak pernah padam. Bahkan, cita-cita sederhananya hanyalah agar anaknya bisa sekolah tinggi dan tidak harus hidup susah seperti dirinya. Ia juga ingin membuka kios makanan kecil-kecilan jika suatu hari ada rezeki lebih, agar tak harus berkeliling lagi di jalanan.

Sahabat Kebaikan, sedekah terbaikmu tentu akan membantu Pak Saepul untuk hidup lebih baik dan meringankan beban hidupnya. Untuk itu, mari kita sisihkan sebagian rezeki kita.

1. Klik Donasi Sekarang

2. Masukkan Nominal Donasi

3. Pilih Metode Pembayaran

4. Dapatkan Laporan via Email