Setiap hari, Lukman pulang sekolah bukan untuk makan atau istirahat.
Dengan seragam yang masih melekat di tubuh kecilnya, ia langsung memanggul karung dan mulai memulung keliling kota Langsa.
Bukan buat jajan. Bukan buat main. Tapi buat cari uang agar bisa beli beras untuk makan malam bersama adik dan ibunya.Ayahnya sudah lama wafat, Ibunya mengalami gangguan mental. dan Lukman baru 11 tahun harus ambil peran sebagai kepala keluarga.
Kadang hasil mulung cuma Rp10.000,
tapi cukup untuk sebutir nasi yang mereka makan bersama.
Mereka tinggal di rumah kosong milik tetangga. Gelap. Pengap. Tanpa listrik layak. Tapi Lukman tak pernah mengeluh.
Yang lebih bikin haru…
Di tengah semua kekurangan itu, Lukman tetap berprestasi.
Juara 1 lomba adzan di sekolah
Juara 3 cerdas cermat tingkat kota
Tetap belajar meski harus menyelipkan waktu di antara tumpukan rongsokan. Tapi sampai hari ini, Lukman masih berjuang sendiri.
Kadang lapar. Kadang sakit. Kadang nyaris putus sekolah karena tak ada ongkos.
Hari ini, kamu bisa jadi alas kakinya di jalan terjal yang ia tempuh sendirian. Teman-teman yuk kita bantu Lukman untuk ringankan bebannya!