Usianya sudah 70 tahun, seharusnya menjadi masa untuk beristirahat tenang di rumah. Namun, tidak bagi Mbah Bambang. Setiap hari, dari pagi hingga malam, beliau masih harus berjuang menyusuri jalanan dengan sepeda tuanya, menawarkan nota, kwitansi, dan kalender dengan harga yang sangat murah.
Hanya demi sesuap nasi, Mbah menempuh jarak hingga belasan kilometer. Tubuhnya yang renta sering kali gemetar, tapi ia tetap memaksa kaki tuanya mengayuh sepeda. Malam hari, ketika orang lain sudah beristirahat, Mbah Bambang masih duduk di pinggir jalan, menunggu ada yang membeli dagangannya.
Tak jarang, beliau pulang dengan tangan hampa. Perut yang keroncongan kerap ditahannya hanya dengan air putih. "Kalau tidak ada yang beli, ya tidak makan," ucapnya lirih sambil menahan air mata.
Di balik senyum tipisnya, tersimpan rasa sepi dan pilu. Tidak ada yang menemani hari tuanya. Hanya sepeda tua dan barang dagangan yang setia menjadi kawan di jalanan.
Orang baik, mari kita ringankan langkah Mbah Bambang. Donasi dari kita bisa menjadi penguat, agar beliau tidak lagi harus menanggung lapar di usianya yang senja. Ayo berdonasi dengan cara: