Tidak lah mudah bagi Mbah Sanggem untuk tetap mencari nafkah di usianya yang sudah tidak muda lagi. Ditambah tubuhnya sudah ringkih dan renta, kini beliau mudah sekali merasa lelah.
Namun jika beliau tidak berjualan nasi jagung keliling, sang cucu yakni Siti yang sejak bayi menderita penyakit hidrosefalus tidak akan bisa mengganjal perutnya dengan nasi dan lauk sederhana.
Setiap hari Mbah Sanggem berkeliling dari satu desa, ke desa lainnya untuk menjajakan nasi jagung dagangannya. Nasi jagung yang beliau jual dibadrol dengan harga Rp.2.500. Namun Mbah Sanggem akan memberikan dagangannya seharga Rp.500 jika ada anak-anak yang ingin membeli dagangannya.
Lelah dan penat kerap beliau rasakan. Tak jarang Mbah Sanggem hanya berdiam diri di pinggir jalan seraya meneguk air mentah yang beliau bawa dari rumahnya dan menunggu ada orang baik yang mau membeli nasi jagungnya.
Ingin sekali membawa sang cucu untuk pergi berobat, namun jangankan uang untuk biaya pengobatan, untuk makan sehari-hari saja mereka sangat kesulitan. Pendapatannya tak pernah lebih dari Rp.10.000 per hari. Mbah Sanggem hanya mampu membelikan obat-obatan yang biasa dijual di warung untuk Siti.
Siti yang kini berusia 26 tahun sudah tak memiliki orang tua. Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Saat ini hanya Mbah Sanggem lah yang merawatnya. Siti sering sekali merasakan sakit di kepalanya. Bahkan ia sering kejang karena penyakit hidrosefalus yang dideritanya.
Teman-teman, mari kita support perjuangan Mbah Sanggem dan berikan beliau uluran tangan dengan cara: