MENCARI RONGSOK DARI PAGI HINGGA MALAM, DEMI MENAFKAHI ISTRI & CUCUNYA

MENCARI RONGSOK DARI PAGI HINGGA MALAM, DEMI MENAFKAHI ISTRI & CUCUNYA

Rp 0
terkumpul dari Rp 30.000.000
0 Donatur
21 hari lagi
Donasi Sekarang!
Terakhir diperbarui pada 25 September 2025 06:00 WIB

Penggalang Dana

Global Sedekah Movement

Lembaga Resmi Terverifikasi

Kerjasama Campaign Iklan Berbayar

Penerima Manfaat dan Penggalang Dana telah menyetujui untuk menggunakan sebagian dana yang terkumpul untuk dilakukan optimasi di sosial media oleh pihak ketiga agar dapat menjangkau lebih banyak kontribusi publik.

Deskripsi

16 September 2025

HIDUP SEDERHANA ABAH MAMAN DENGAN HAFALAN MUSHAF

 

Ketika ditanya, “Kenapa Abah masih semangat menghafal Al-Qur’an di usia setua ini?” Abah hanya tersenyum sambil berkata,

“Bekel keur akhirat... da umur mah teu aya nu nyaho. Mun engké keur di jalan, aya mobil nu nyasab ka abah, mugi wae abah syahid, husnul khotimah...”

 

 

Sudah banyak surat Al-Qur’an yang dihafalkan Abah, meski ia tidak tahu pasti sudah berapa juz. Yang jelas, tekadnya kuat untuk terus memperbanyak hafalan, meskipun di tengah kesulitannya mencari nafkah.

Abah Maman adalah seorang kakek berusia 76 tahun. Di usianya yang sudah sangat renta, beliau masih harus bekerja sebagai pemulung. Setiap hari, Abah berjalan sejauh hampir 4 km sambil mendorong gerobak tuanya. Dari jam 7 pagi hingga jam 7 malam, beliau mencari rongsokan untuk dijual. 

 

Namun, penghasilan yang didapat sungguh tak seberapa. Hanya sekitar 20–30 ribu rupiah dalam 3 sampai 4 hari, itupun harus menunggu barang rongsokan terkumpul banyak. Harga rongsok yang ia jual hanya Rp1.000 per kilo jika belum dibersihkan, dan Rp1.500 per kilo jika sudah dibersihkan.

 

Abah Maman selain pencari rongsok, Ia juga seorang pengrajin miniatur becak atau perahu, disela-sela waktunya Ia selalu menyempatkan untuk membuat kerajinan miniatur becak atau perahu dari barang barang bekas seperti kayu, triplek, paralon, kawat, karet ban, cat atau spons bekas yang Ia bentuk kemudian di lem hingga menyerupai Becak atau perahu, dari satu becak Ia buat selama 1 hari dengan harga jualnya 50 ribu per buah sedangkan Perahu bisa menghabiskan waktu sekitar 4 hari dengan harga jual nya 100 ribu per buah. 

 

 

Namun karena kesulitan modal untuk membeli lem dan cat nya kerajian tersebut terbengkalai dan Abah lebih banyak mencari rongsok.

Panas terik ataupun hujan deras, tidak menghentikan langkah Abah. Padahal tubuhnya sudah lemah, penglihatannya pun sering berkunang-kunang. 

 

Namun, di tengah lelahnya, Abah selalu membawa mushaf Al-Qur’an yang lusuh dan secarik kertas berisi tulisan ayat-ayat Al-Qur’an. Setiap kali ia berhenti untuk beristirahat, Abah pasti membuka mushaf itu. Ia membaca ayat-ayat Allah dengan penuh khusyuk, hingga tak jarang beliau tertidur karena terlalu lama membaca atau muroja’ah hafalannya.

Abah tidak hanya memikirkan dirinya. Ia bekerja keras untuk menafkahi istri tercintanya, Mak Awangsih yang seorang Tunarungu (tidak bisa mendengar) karena faktor usia yang sudah menginjak 73 tahun saat ini. Selain itu, ia juga menanggung kebutuhan seorang anak dan cucunya. Bahkan, Abah tetap menyisihkan rezekinya untuk memberi makan 3 ekor kucing peliharaan yang ia sayangi.

 

Mereka semua tinggal di rumah petak kecil yang disewa dari hasil penjualan becak Abah dulu. Biaya sewanya 500 ribu per bulan, belum termasuk biaya listrik sekitar 100 ribu setiap bulan. Abah sebenarnya memiliki 6 orang anak namun 1 meninggal dan 5 anak lain nya sudah pada nikah, 4 diantaranya sudah berpisah tempat tinggal, ada juga yang merantau keluar kota, sedangkan 1 orang anaknya masih tinggal ma Abah.

 

Meski serba kekurangan, rumah itu selalu dipenuhi kasih sayang. Setiap Abah pulang kerja dengan tubuh letih, Mak Awangsih selalu menyambutnya. Ia menyiapkan air minum, memijat tubuh suaminya, bahkan ikut membersihkan rongsokan. Sambil memijat, Mak selalu menyelipkan doa penuh cinta:

“Abah cing sehat, cing ageung milik na, panjang yuswa saterasna...”

Doa sederhana itu membuat Abah merasa kuat, seolah memberi energi baru.

“Makana abah tiasa ngala duit keur meuli beas,” ucap Abah lirih.

Di tengah tubuhnya yang semakin ringkih dan penglihatannya yang kabur, Abah tidak pernah berhenti mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tiga kali dalam seminggu, selepas Isya, ia pergi ke masjid dekat kontrakan untuk belajar tajwid dan menambah hafalan Al-Qur’an. Padahal ia baru saja pulang berkeliling mencari rongsok seharian. Sungguh, semangat Abah membuat kita malu. Kita yang tubuhnya sehat dan rezekinya lebih baik, seringkali lalai membaca Al-Qur’an.

 

Sahabat Kebaikan, cita-cita Abah sederhana. Ia hanya ingin punya modal usaha untuk berjualan gorengan di dekat rumahnya. Dengan begitu, ia tak perlu lagi berkeliling jauh mencari rongsok. Selain bisa mendapat penghasilan yang lebih layak, Abah juga ingin punya lebih banyak waktu untuk membaca, menghafal, dan mempelajari Al-Qur’an sebagai bekal di sisa usianya.

 

Sahabat Kebaikan, maukah kita menemani Abah Maman? Maukah kita membantu mewujudkan harapan beliau? Setiap huruf Al-Qur’an yang Abah baca, hafalkan, dan ajarkan, insyaAllah akan mengalirkan pahala jariyah juga bagi kita yang ikut membantu.

 

Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk kebutuhan bulanan keluarga Abah Maman, modal usaha, biaya kesehatan, dan jika ada kelebihan akan disalurkan untuk program Bumi Syam serta penerima manfaat lain di bawah naungan Yayasan Global Sedekah Movement.

Disclaimer : Informasi, opini dan foto yang ada di halaman galang dana ini adalah milik dan tanggung jawab penggalang dana. Jika ada masalah/kecurigaan silakan lapor kepada kami disini.
JADI#SirkelBaik

Bantu Juang Lansia Pencari Rongsok Demi Istri & Cucunya Bertahan Hidup

Global Sedekah Movement
Telah mengajak 0 orang berdonasi
Rp 0