Penjahit Kecil yang Berjuang Demi Buah Hati
Sebelum menjadi penjahit rumahan, Kang Ajang sempat bekerja di sebuah perusahaan. Namun, karena sering harus izin untuk mengantar kedua anaknya kontrol dan berobat, ia akhirnya terkena PHK. Keputusan itu bukan keinginannya, melainkan karena ia lebih memilih menemani anak-anaknya yang sedang berjuang melawan sakit.
Kini, Kang Ajang hanya mengandalkan pekerjaan konveksi kecil-kecilan dengan penghasilan Rp30.000–Rp50.000 per hari. Jumlah itu jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, apalagi untuk biaya pengobatan dua putrinya, Silvi dan Nayla.
Sejak usia 30 hari, Silvi kecil sudah mengalami kejang hingga koma selama 15 hari, sebelum akhirnya divonis menderita TBC usus. Hingga kini, ia harus rutin menjalani pengobatan dan terapi.
Sementara adiknya Nayla (3 tahun), juga mengidap epilepsi dan membutuhkan terapi wicara serta terapi okupasi secara rutin.
“Kenapa harus kedua anak saya mengalami sakit seperti ini? Sedih sekali rasanya. Saya berharap Silvi dan Nayla sehat dua-duanya dan bisa normal seperti anak lainnya,” Ujar Bu Iis dengan penuh harap.
Karena tidak memiliki kendaraan, mereka kerap meminjam motor tetangga untuk ke rumah sakit. Pernah suatu ketika motor pinjaman itu mogok di jalan, dan Bu Iis terpaksa menggendong Silvi hingga sampai ke rumah sakit. Bahkan, demi kelanjutan pengobatan, kang ajang dan bu iis rela berutang kepada bank keliling.
Meski hidup dalam keterbatasan, Kang Ajang dan istrinya tak pernah menyerah. Harapan terbesar mereka adalah bantuan untuk menutup biaya medis, transportasi ke rumah sakit, serta kebutuhan pengobatan yang tidak ditanggung oleh BPJS.
Sahabat kebaikan, mari kita hadir sebagai jawaban atas doa Kang Ajang dan Bu Iis. Setiap rupiah bantuan yang Anda titipkan akan menjadi napas baru untuk Silvi dan Nayla dalam perjuangan mereka melawan penyakit.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan silvi dan nayla serta mendukung program kemanusiaan lainnya di bawah naungan Yayasan Ruang Harsa Bestari.