Di tengah zaman yang serba praktis, di mana orang-orang lebih memilih memakai jasa sol sepatu iagar lebih instan dibandingkan memperbaikinya sendiri, Pak Bubun (62) tetap berkeliling berjualan jarum sol seharga Rp 5.000 dan benang sol seharga Rp 15.000.
Meski sudah menawarkan harga yang sangat terjangkau, jarang ada berminat untuk membelinya. Bahkan, sering kali Pak Bubun harus menahan lapar karena hasil jualannya tak cukup untuk sekadar membeli makan. Pak Bubun adalah satu-satunya tulang punggung keluarganya. Ia berjuang seorang diri demi menafkahi istri dan keempat anaknya yang tinggal di kampung. Anak bungsunya pun masih balita, sementara istrinya tidak bisa bekerja karena harus merawat anak-anak mereka.
Sebelum berjualan jarum dan benang sol, Pak Bubun sempat menjadi tukang sol keliling. Namun, karena penglihatannya yang mulai kabur, ia sering tertusuk jarum saat bekerja. Akhirnya, dengan berat hati, ia menjual peralatan solnya demi memenuhi kebutuhan keluarganya.