Bagaimana jadinya jika tempat berlindung dan beristrihat kita sehari-hari lenyap dalam sekejap saja? Hal buruk itu terjadi dan harus menimpa keluarga Pak Deden. Pak Deden dan keluarga menjadi korban banjir bandang yang terjadi di Sukabumi pada beberapa pekan kebelakang. Rumahnya hanyut dan tidak tersisa barang-barang berharga sedikitpun.
Beliau dan keluarga hanya bisa menangis menerima kenyataan bahwa tempat tinggalnya kini rata dengan tanah, bahkan yang hanya bisa diselamatkan hanya pakaian yang masih melekat di badan mereka.
Kini Pak Deden dan keluarga hanya bisa mengungsi ke rumah kerabatnya. Mirisnya, sesekali Pak Deden dan keluarga ingin sekali mengunjungi rumahnya yang kini sudah tidak tersisa aoa-apa lagi. Bahkan uang yang beliau kumpulkan untuk menikahkan anaknya hanyut dan tidak tersisa sepeserpun.
Sambi duduk dan termenung Pak Deden menahan tangis mengingat ujian yang dihadapinya. Tak jarang pula Pak Deden mencari barang-barang di sekitar bekas rumahnya dulu, berharap masih ada barang yang masih bisa digunakan.
Saat ini Pak Deden bekerja sebagai buruh serabutan dengan tanggungan yang cukup berat. Ia harus menafkahi istri, 5 anaknya dan juga Bapak mertuanya yang saat ini sudah mulai sakit-sakitan.
Bekerja sebagai buruh serbutan dengan penghasilan yang perharinya hanya mencapai 50 ribu saja, tanggungan beliau sangat banyak sekali. Sekarang Pak Deden kebingungan dengan penghasilan yang tidak memadai beliau harus mencukupi semuanya.
Tempat tinggal mereka hanyut, tempat mereka untuk beristrihat dab berlindung kini sudah hilang. Begitu berat beban yang dialami Pak Deden korban yang terdampak banjir bandang.
Rumah adalah salah satu tempat untuk mereka kembali. Sahabat Kebaikan, Pak Deden dan keluarga memerlukan uluran tangan kita. Yuk ringankan beban Pak Deden dan jadi bagian dari kebaikan untuk mereka.