Tumbuh dengan kondisi spesial tak memudarkan semangat Pak Edi untuk mengajar murid-muridnya di sekolah. Setiap hari beliau mengayuh sepeda yang sudah usang untuk bergegas pergi ke sekolah.
Sudah 20 tahun Pak Edi berprofesi sebagai seorang guru. Di sekolah, beliau mengajar pelajaran Agama Islam. Menurut murid-muridnya, Pak Edi adalah seorang yang tegas, baik hati, cerdas, dan rendah hati. Beliau juga tak pernah segan untuk membantu murid-muridnya yang membutuhkan.
Penghasilan beliau dalam satu bulan jauh dari kata layak. Dalam satu bulan, Pak Edi hanya mendapatkan upah sebanyak Rp.600.000 saja. Uang sebanyak itu di tahun 2024 hanya cukup untuk menutup kebutuhan pokok seperti air dan listrik, untuk makan sehari-hari pasti tetap kesulitan.
Saat masih bayi, Pak Edi pernah mengalami demam tinggi dan kejang yang sangat membahayakan nyawanya. Karena kedua orang tua beliau tak memiliki uang untuk membawa Pak Edi berobat ke dokter, alhasil beliau dibawa ke seorang tokoh agama untuk menjalani pengobatan tradisional.
Sayangnya pengobatan tradisional yang beliau jalani tak mampu menyembuhkan beliau 100 persen. Kini beliau mengalami disabilitas dan fisiknya sudah tak sempurna seperti sedia kala.
Sekarang beliau tinggal di rumah peninggalan mendiang istrinya yang sudah meninggal karena penyakit kanker payudara. Tapi beliau dank anak-anaknya terancam terusir karena rumah tersebut akan dijual oleh pihak keluarga mendiang istrinya untuk warisan.
Kini Pak Edi kebingungan harus pergi kemana bersama anak-anaknya jika rumah mendiang istrinya akan dijual. Beliau khawatir dirinya dan anak-anaknya akan diusir secara tiba-tiba dari rumah tersebut.
Insan Baik, mari kita berikan uluran tangan kepada Pak Edi agar bisa menempati tempat tinggal yang aman tanpa harus takut untuk diusir. Mari kita apresiasi Pak Edi, seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang tak pernah mengenal lelah.