Dipikulnya beban seberat 30 kilogram beras seraya menyusuri jalanan menanjak. Seringkali Pak Saepudin (62) merasa sesak nafas dan pusing karena harus memikul karung-karung beras yang sangat berat. Akan tapi Pak Saepudin tidak punya pilihan lain. Jika beliau tidak berkeliling untuk menjual beras, maka beliau tak dapat menghasilkan uang.
Upah yang dihasilkan tak sebanding dengan tenaga yang beliau kerahkan untuk memikul karung-karung beras tersebut. Bayangkan, beliau hanya mendapatkan upah sebesar Rp.1.000 untuk setiap kilogram beras yang terjual. Hanya ada rasa perih karena upah yang ia dapat tak sebanding dengan yang ia kerjakan telebih harga jual beras pun kini semakin mahal bahkan mencapai Rp17.000 per kilogram.
“...beras sekarang mahal…tapi yang diterima petani, didapat penjual kecil seperti saya…mencekik dan yang dapet untung besar cuman pengusaha dan orang besar aja” ujarnya.
Pak Saepudin mengalami sakit paru-paru dan penyakit lambung. Nafasnya sesak, saat berjualan kerapkali pengap dan sesak nafas karena harus memanggul puluhan kilogram beras milik majikan. Di sisi lain bilamana ia menahan lapar hingga siang hari karena beras tak kunjung laku terjual dan tak ada uang, lambungnya terasa sakit karena maag akibat rasa lapar yang ia tahap sepanjang hari.
Selain menjual beras beliau juga juga merawat domba milik orang lain untuk menambah pemasukkannya. Terkadang beliau beristirahat di dalam kandang domba, tepatnya di tempat penumpukan rumput untuk beristirahat di siang hari. Pemasukannya dari menjadi perawat hewan ternak milik orang lain sangat minim dan bisa mencukupi kebutuhan.
Rumah yang beliau tinggali hancur karena gempa. Atapnya hanya ditutupi oleh sebuah plastik. Jika malam datang, beliau beristirahat di pos ronda. Tertidur lelap dengan hembusan dinginnya angin malam dan berharap beliau bisa memperbaiki rumahnya suatu hari nanti. Anak dan istrinya telah lama pergi, pergi meninggalkannya karena Pak Saepudin dianggap miskin. Istri dan anaknya tak mau hidup dengan keadaan serba kekurangan seperti beliau.
Pak Saepudin merupakan potret kaum miskin desa akibat sistem ekonomi yang timpang. Ia bekerja sebagai buruh serabutan dengan upah yang jauh dari kata layak. Hidup sebatang kara, dengan tubuh yang ringkih dan sakit-sakitan. Pak Saepudin harus tetap bertahan dengan menyambung hidup dari hari ke hari tanpa ada kepastian kenyamanan di usianya yang semakin menua.
Sobat Berdampak, Pak Saepudin berhak untuk hidup nyaman dan sejahtera. Mari kita sebarkan campaign ini dan berdonasi untuk membantu beliau di masa tuanya. Kalian dapat berdonasi dengan cara:
Beberapa informasi:
*Ayo Kita Peduli merupakan NGOs yang berdiri sejak 2023 dan berada di bawah naungan Ayo Berdampak Berdaya. Dengan tagline #BerdampakBerdaya kami berfokus pada masalah kemiskinan kelas sosial rentan perkotaan dan pedesaan melalui berbagai program dan campaign pemberdayaan untuk upaya peningkatan kesejahteraan.
Contact and More Information:
Instagram: @ayokita.peduli
WhatsApp: +62 821-2908-8174
Email: ayoberdampakberdaya.id@gmail.com
*Page ini merupakan merupakan bagian dari program dan campaign utama yang berjudul Semua Berhak Nyaman
*Dalam membantu penyebaran informasi terkait program ini dan program turunannya dalam fitur "Fundraiser", kami melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak mulai dari Media Partner, Organisasi, serta Publik Figur agar informasi mengenai program ini dapat tersebar luas dan menjangkau sebanyak-banyaknya orang untuk berkontribusi bersama.