Hallo temen-temen! Sekarang Layangan Pak Toto undah bisa di order lhoooo!! Dengan varian gambar yang lucu-lucu tentu juga nyenengin kamu.
Bahan : Kertas dan Lidi
1x layangan (gambar random)
Ayo pesan sekarang! Layangan yang dibuat handmade, dengan gambar kartun yang gemes-gemes tentu bisa bikin kamu bernostalgia ke masa kecil, dan bisa nyenengin anak atau adik kalian juga lhoooo! Setiap orderan yang kamu pesan, akan bisa bantu Pak Toto untuk dapat hidup lebih layak dan nambah modal usahanya. Kapan lagi kita bisa beli layangan sambil bantu orang. Yuk order sekarang!
DISCLAIMER:
Pesanan bersifat pre order dikarenakan keterbatasan SDM dan modal.
Pak Toto (68) tak bisa bersantai di hari tuanya. Setiap hari beliau harus berjalan dengan jarak yang sangat jauh seraya menahan nyeri di kakinya untuk menjual layang-layang demi menyambung hidup.
Dulu beliau adalah seorang buruh bangunan. Sadar usianya sudah tak muda lagi, akhirnya Pak Toto memutuskan untuk alih profesi menjadi pedagang layang-layang.
Layang-layang yang Pak Toto jual adalah hasil karya tangan beliau. Beliau membuat layang-layang dengan cara manual dan menggunakan peralatan yang sangat terbatas. Layang-layang tersebut kemudian dibandrol dengan harga Rp.3.000.

Hasil dari penjualan layang-layang beliau gunakan untuk membayar uang sewa rumah dan makan sehari-hari. Kontrakan yang beliau tempati jauh dari kata layak. Tempatnya untuk beristirahat sangat kumuh, sempit, dan pengap. Beliau tak bisa beristirahat dengan nyaman di kontrakannya.
Terkadang Pak Toto juga rela menahan lapar dan membiarkan perutnya tak terisi, karena penghasilannya sangat terbatas dan tak menentu. Beliau hanya akan makan ketika benar-benar merasa lapar.
Keterbatasan finansial tak menghalangi Pak Toto untuk berbuat baik. Beliau beberapa kali memberikan layang-layang secara cuma-cuma kepada anak sekolah yang ingin membeli dagangannya, namun tak memiliki uang.

Tapi ada saja orang iri yang menindas beliau. Pedagang dan orang sekitar menuduh Pak Toto berjualan sebagai bentuk lain dari mengemis, karena tak jarang ada orang yang memberikan uang atau makan kepada beliau. Beliau kerap mendapatkan cemoohan karena tuduhan tersebut.
Musibah lainnya pernah menimpa beliau. Suatu hari uang beliau pernah dirampas oleh preman. Padahal uang tersebut adalah hasil dari jerih payahnya yang akan beliau.
Beliau sempat putus harapan dan kehilangan arah hidup karena ditinggal sang istri. Istrinya sudah meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Pak Toto merasa hidupnya sudah tak ada artinya lagi, beliau merasa sangat kehilangan.

Saat ini beliau hanya ingin memiliki sebuah rumah. Pak Toto ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan tenang tanpa perlu banting tulang lagi untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah. Beliau sangat berharap beliau bisa hidup dengan nyaman.