Setiap pagi, Dek Latif berjalan kaki menyusuri alun-alun Ujung Berung, membawa harapan di dalam kotak cemilannya. Bukan sekadar berjualan—Latif sedang berjuang.
Usianya baru 12 tahun, namun sudah dua tahun putus sekolah karena tak ada biaya. Setiap hari ia hanya diberi Rp10.000 dari hasil jualan. Kadang harus makan dengan kepala ayam karena tak mampu beli daging.
Kakinya sakit—bahkan untuk naik angkot atau tangga saja ia harus menahan perih. Tapi Latif tidak pernah menyerah. Di balik rasa sakit dan lelah, ada mimpi besar yang ia genggam: Latif ingin sekolah lagi, dan menjadi pemain sepak bola. Setiap langkahnya bukan hanya untuk menawarkan cemilan—tapi juga untuk mengejar harapan. Mari bantu Latif melanjutkan mimpinya. Sekecil apapun bantuanmu, akan sangat berarti bagi masa depan seorang anak pejuang kecil ini.
Mari bantu Latif. Bantu ia sembuh. Bantu ia melanjutkan sekolah.