Namanya Nenek Niah, lansia 80 tahun yang kini mengadu nasib sendirian di tengah Kota Surabaya yang begitu luas. Dulunya Nenek Niah merantau jauh dari Madura ke Surabaya bersama suaminya. Namun kini suaminya telah meninggal dunia, tanpa memiliki anak Nenek Niah hanya bisa bergantung pada diri sendiri tanpa memiliki tumpuan hidup.
Dengan tubuh bungkuknya Nenek Niah berjualan rujak cingur demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tangan gemetarnya dengan lihai meracik rujak cingur yang kemudian dijual untuk ditukar dengan sesuap nasi. Hidup sebatang kara di usia ringkih, Nenek Niah tak bisa hidup nyaman karena harus berjuang menggunakan sisa tenaga yang ia miliki.
Menunggu setiap pembeli yang tak kunjung datang, hanya angin malam yang menghampiri Nenek Niah sepanjang malam. Tubuh ringkihnya harus kedinginan dan kelelahan hingga tertidur karena menunggu pembeli.
Biasanya Nenek Ni’ah berjualan mulai dari sore hingga malam hari. Tapi waktu pulangnya tidak menentu tergantung banyaknya rujak cingur terjual. Seringkali dagangannya jarang terjual habis hingga Nenek Niah terbiasa harus menunggu sampai berlarut-larut malam di pinggir jalan.
Dengan jarak rumahnya yang lumayan jauh ia harus menggunakan becak membawa peralatan dan bahan-bahan untuknya berjualan. Tak jarang ia harus berhutang karena tak memiliki uang untuk membayar becaknya.
Hidup sebatangkara berjualan hingga larut malam harus dilakukan Nenek Niah setiap hari. Dengan kondisi nya tang sudah ringkih Nenek Niah kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Yuk bantu ringankan beban Nenek Niah dengan berdonasi dan sebarkan campaign ini sebanyak-banyaknya.