HIDROSEFALUS DAN BOCOR JANTUNG! Bantu Kakak Adik Ini Bisa Berobat dan Sembuh!

Setiap hari, Bu Sri (43 tahun) harus kuat menahan lelah dan tangis. Sebab Anak nya, Bagas (8 tahun), mengidap hydrosefalus penyakit yang membuat kepalanya membesar karena cairan di otak tak bisa keluar dengan normal.

Tangan dan kakinya lumpuh, tak bisa bicara, penglihatannya pun rabun. Hanya pendengarannya yang masih berfungsi. Setiap aktivitas Bagas bergantung sepenuhnya pada ibunya, makan harus disuapi, mandi dibantu, bahkan ke toilet pun harus digendong.

Bagas sebenarnya lahir sehat. Namun saat usia 7 hari, ia mengalami demam tinggi hingga harus dirawat di PICU selama 16 hari dan sempat koma selama 3 hari. Bu Sri hampir kehilangan harapan, tapi keajaiban datang. Bagas bertahan hidup, meski harus divonis menderita hydrosefalus dan kelumpuhan.

Kini, Bagas harus segera menjalani operasi penggantian selang di kepalanya. Selang lama yang dipasang sejak ia berumur 1,5 tahun sudah terlalu pendek untuk tubuhnya sekarang. Jika tak segera diganti, cairan di otaknya akan menumpuk, membuat kepalanya semakin besar, dan bisa membahayakan nyawanya. Namun ujian Bu Sri tak berhenti di situ!.

Anak bungsunya, De Maira, baru berusia 7 bulan. Ia lahir dengan kelainan jantung bocor, membuat napasnya sering sesak dan berat hampir setiap hari. Bu Sri tahu satu-satunya cara membantu anaknya adalah dengan alat bantu oksigen, tapi ia tak sanggup membelinya. Yang bisa ia lakukan hanyalah memeluk Maira erat-erat sambil berdoa agar napas kecil itu terus bertahan.

Kedua anak itu harus rutin menjalani pengobatan dan terapi di RSCM Jakarta, sedangkan mereka tinggal jauh di Ujung Kulon, Banten butuh perjalanan 4 jam sekali jalan. Meski pengobatan ditanggung BPJS, biaya perjalanan dan kebutuhan selama berobat sangat besar.

Sekali kontrol bisa menghabiskan sekitar 1,4 juta rupiah yakni untuk ongkos kendaraan umum 800 ribu (pulang-pergi), biaya makan dan kebutuhan selama 5 hari sekitar 600 ribu. Dalam sebulan, mereka bisa kontrol 1–2 kali, jadi Bu Sri butuh sekitar 2,8 juta rupiah per bulan. Itu belum termasuk kebutuhan lain seperti susu, bubur bayi, popok, dan kebutuhan harian.

Sementara suaminya, Bu Sri hanya berpenghasilan 30 ribu rupiah per hari dari berjualan kelapa sedangkan Penghasilan suaminya Pak Ardi (36 tahun) tak menentu dari pekerjaan sebagai buruh tani.

Meski hidup terasa sangat berat, Bu Sri tak pernah menyerah. Ia yakin, setiap air mata dan doa yang ia panjatkan akan menjadi kekuatan untuk anak-anaknya.

Sahabat kebaikan, di tengah segala keterbatasan, Bu Sri terus berjuang demi dua buah hatinya, Mari kita bantu meringankan langkah perjuangan itu, sekecil apa pun bantuan kita itu bisa menjadi harapan besar bagi Bagas dan De Maira untuk terus bertahan hidup. Bantu dengan cara:

1. Klik Doansi Sekarang
2. Masukan Nominal Donasi
3. Pilih Metode Pembayaran
4. Dapatkan Laporan Donasi

Tak hanya mendoakan dan berdonasi, kamu juga bisa membagikan halaman galang dana ini agar semakin banyak yang membantu.

Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk membatu Biaya pengobatan Bagas dan Maira, pemenuhan penunjang kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya dan jika terdapat kelebihan dana akan digunakan untuk Para penerima manfaat lain nya yang berada dibawah naungan Yayasan Ruang Harsa.