Abah Sua tinggal bersama istrinya, Mak Teuis, dan anak bungsunya. Sebagai tulang punggung keluarga, Pak Ujang berjuang mencari nafkah dengan menjual kerupuk, menuntun sepeda bututnya berkeliling hingga puluhan kilometer. Istrinya, Mak Teuis, yang sudah lanjut usia, mengidap penyakit diabetes dan terpaksa berhenti berobat karena kendala biaya. Sementara itu, anak bungsunya hanya bekerja sebagai buruh borongan, yang diupah ketika ada pekerjaan. Akibatnya, ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk menjaga ibunya yang sakit, terutama karena Mak Teuis kini kesulitan bergerak.
Ketika kerupuk yang dijual Abah Sua tidak laku, Mak Teuis biasanya pergi ke rumah-rumah tetangganya untuk menawarkan kerupuk tersebut. Dengan susah payah, ia berusaha menjual kerupuk demi memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
Abah Sua sendiri berjualan dari subuh, berangkat dari rumah setelah melaksanakan sholat Subuh. Sepedanya yang tidak memiliki rem dan sering kali bocor, kerap kali dituntun oleh Pak Ujang. Di usianya yang sudah sangat tua, semangatnya untuk mencari nafkah demi keluarganya patut diacungi jempol. Namun, banyak bahaya yang mengintai, terutama bagi seorang lansia di jalanan, yang sangat memprihatinkan.
Beliau juga sering mengalami kecelakaan, seperti terserempet motor dan terjatuh. Abah pernah tertimpa sepeda miliknya ketika beristirahat, karena sepeda tersebut tidak memiliki standar. Dalam sehari setelah berjualan jauh, pernah hanya laku dua bungkus kerupuk. Hasil dari berjualan kadang hanya cukup untuk buka puasa keluarganya, sementara Abah Sua memilih untk tidak berbuka. Kebutuhan lainnya pun sulit tercukupi. Pernah juga uang hasil berjualan dari subuh hingga magrib dicuri orang. Pak Ujang mengira orang yang menghampirinya hendak membeli kerupuk, namun ternyata uang hasil jualannya dicuri.
Dulu, saat hendak sholat Jum’at, Abah Sua menyimpan sepeda dan kerupuknya serta celana panjangnya yang kotor dipakai berjualan. Dengan menggunakan celana pendek dan sarung, ia menyimpan celana panjang di atas sepedanya. Namun, setelah selesai sholat Jum’at dan hendak kembali berjualan, celana panjang tersebut hilang dicuri orang. Akibatnya, Abah terpaksa pulang dan tidak melanjutkan jualan, menyusuri jalan pulang hanya dengan celana pendek.
Kisah Pak Ujang dan keluarganya adalah gambaran nyata dari perjuangan hidup yang penuh tantangan. Mari kita bantu meringankan beban mereka. Setiap donasi yang Anda berikan akan sangat berarti untuk membantu Pak Ujang dan keluarganya memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mendapatkan pengobatan yang layak. Mari bersama-sama kita tunjukkan kepedulian kita. Terima kasih atas dukungan Anda!