Wajah Abah Jari terlihat normal. hingga suatu saat ada rasa tidak nyaman yang bentuknya seperti lalat kecil. Karena tidak punya biaya untuk berobat, Abah mencoba mengoreknya sendiri. Tak disangka, luka kecil itu berubah menjadi infeksi besar yang terus melebar hingga kini merusak wajahnya, mengeluarkan bau, dan membuat mata kanannya tidak dapat melihat lagi.

Dalam tiga tahun terakhir, kondisi Abah semakin memburuk. Ia sering mimisan, wajahnya membusuk, dan setiap harinya harus menahan sakit tanpa perawatan layak. Dokter sudah menyarankan rujukan ke Rumah Sakit Kanker Dharmais di Jakarta, satu-satunya tempat yang bisa memberikan penanganan lengkap. Namun Abah belum bisa pergi, karena ia tidak memiliki biaya untuk transportasi, akomodasi, dan kebutuhan selama proses pengobatan.

Dalam doanya, Abah selalu berharap bisa sembuh agar dapat kembali shalat berjamaah di masjid. Namun karena luka di wajahnya yang berbau dan sering berdarah, warga meminta Abah untuk tidak datang dulu. Setiap kali ingin melangkah ke masjid, Abah hanya bisa menahan air mata dan berdoa agar Allah memberinya jalan kesembuhan.
Mari bantu Abah Jari mendapatkan pengobatan dan kembali merasakan hidup yang layakâ¨
