"Salah Abah apa? Abah gak pernah buat susah orang. Abah gak pernah ngehina orang, tapi ada aja orang yang menghina Abah." Ujar Abah Iji sambil menangis.

Sudah dagangan sepi, masih ada saja yang menghina kondisi fisiknya. Dalam keterbatasan, Abah Iji tetap gigih berjualan keset keliling kampung, dengan menyeret tubuhnya.

Dari kecil saat usia 7 Tahun Abah Iji sudah mengalami gejala aneh, tubuhnya tiba-tiba sakit, pada awalnya di lutut dan lama-kelamaan seperti membengkok di kaki dan tangannya. Saat itu Abah menderita Polio, dan sampai sekarang berusia 63 Tahun, penyakit Abah itu tidak pernah diobati.

Dengan tubuh yang semakin lemah, Abah Iji memaksakan dirinya untuk berjualan keset, Abah tidak berjualan setiap hari, karena Abah harus merajutnya terlebih dahulu. Setelah terkumpul 5 keset barulah Abah Iji berkeliling, tak banyak keuntungan yang diperolehnya. Jika ada yang terjual Abah cuma dapat keuntungan Rp.6.000.

Setiap berjualan, Abah berharap dagangannya habis agar bisa mendapat upah Rp.30.000. Namun kenyataan berkata lain, keset yang dijualnya sering kali tidak laku, ditambah lagi dengan musim hujan, dan tak jarang Abah pulang dengan tangan hampa.

"Paling banyak 3 keset yang terjual, hari ini aja belum ada yang laku. Mana hujan terus tiap hari, mungkin rezeki Abah bukan hari ini" Ujar Abah Iji.
Ketika rasa lapar mulai mendera, Abah tak punya pilihan selain berhenti di pinggir jalan, duduk dengan tubuh lemas. Beras di rumah sudah habis, perut kosong sejak pagi, dan hingga siang belum ada satu pun yang membeli dagangannya.

“Abah udah gak kuat keliling jauh lagi, badan lemes. Kaki sakit dan telapak tangan bengkak. Tapi kalau gak jualan, gimana mau makan. Abah gak mau ngerepotin orang” Ujar Abah Iji,
Meski begitu, Abah Iji tak pernah berhenti berjuang, melawan rasa lapar dan sakit hanya untuk bertahan hidup. “Abah hanya pengen makan cukup hari ini, gak harus mewah, asal gak lapar aja. Kadang kalau gak ada lauk sama sekali, kepaksa Abah makan nasi ditaburi garem” Tambahnya.

Abah Iji belum pernah menikah dan hidup sendiri di rumah pangung kecil. Kondisi rumahnya jauh dari layak, atap yang bocor dan lantai yang terbuat dari kayu banyak yang berlubang.


Di dalam rumah, tak ada kasur empuk atau perabot mewah. Hanya kasur lantai yang menjadi tempat beristirahatnya.
Tiap hari Abah harus menghadapi kehidupan yang serba kekurangan. Tidak ada yang menanggung kebutuhannya selain upah dari berjualan keset, yang bahkan sering tak sebanding dengan tenaganya.
Sahabat Kebaikan, perjuangan Abah Iji bukanlah soal ingin kaya, melainkan sekedar bertahan hidup. Setiap langkah yang ia ambil adalah demi sesuap nasi, demi bisa makan hari itu, dan demi mempertahankan kehidupannya yang semakin rapuh.

Beliau berharap bisa menikmati sisa hidupnya tanpa harus menahan lapar, memiliki tempat tinggal yang layak tanpa harus memikirkan rumah yang bocor ketika hujan, dan memiliki usaha dirumah, karena semakin tua Abah tak sanggup untuk terus menerus berkeliling jualan. Bantu dengan cara:
Klik Donasi Sekarang
Masukan Nominal Donasi
Pilih Metode Pembayaran
Dapatkan Laporan Via Email
Kamu juga bisa bagikan galang dana ini agar semakin banyak do’a dan dukungan yang terkumpul. Aamiin

Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga Abah Iji. Selain itu akan di gunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya di bawah naungan Yayasan Global Sedekah Movement.