Saat usia yang seharusnya asik bermain dan mengetahui banyak hal tanpa memikirkan beban dunia, Windi Anggraeni berusia 12 tahun setiap hari sehabis pulang sekolah ia harus berjualan hingga sore hari, demi menyambung hidupnya dan sang ibu.
Windi seorang anak yatim yang kini hanya tinggal bersama sang ibu, saat ini Windi tengah duduk di bangku SD kelas 6. Selain bersekolah gadis kecil itu juga berjualan keripik, melanjutkan pekerjaan mendiang ayahnya. Berangkat mulai pukul 8 untuk bersekolah sampai jam 1 siang, setelah menunaikan kewajibannya sebagai pelajar, Windi barulah mulai berkeliling.
Windi berjualan seorang diri karena ibunya sering sakit-sakitan sehingga tidak bisa terlalu kelelahan. Jadi mereka membagi tugas, sang ibu memasak dan Windi yang keliling. Windi bilang dengan berjualan keripik itu bisa mengingatkannya pada mendiang sang ayah, karena dulu setiap berkeliling selalu bersama ayahnya.
Setiap berjualan Windi selalu membawa trash bag untuk semua keripik yang ia jual. Dengan tubuh kecilnya ia pikul sendirian demi bisa menghidupi sehari-hari dan biaya kontrakan sebesar Rp. 350.000 /bulan.
Di balik perjuangannya, Windi tidak pernah luput dari ejekan teman-temannya dan hinaan orang sekitar. Ia sering diejek karena lahir dari seorang ayah penjual keripik, Windi juga pernah di tegur oleh salah seorang guru karena ia tidak masuk sekolah sehari, dan disuruh untuk berhenti sekolah saja.
Windi pernah merasakan hinaan dan kekerasan fisik dari para preman ketika sedang berjualan, tapi itu tidak membuat Windi putus semangat. Windi tidak pernah merasa malu meski banyak yang menghinanya “Windi kan jualan di sini, bukan minta-minta,” ucap Windi.
Windi memiliki cita-cita menjadi seorang dokter setelah melihat bagaimana sang ayah meninggal karena sakit, karena Windi merasa sedih melihat ayahnya meninggalkan karena sakit dan keterbatasan biaya, selain karena BPJS yang tidak mengcover semuanya tapi juga perawatan yang kurang maksimal.
Setelah ditinggal pergi oleh sang suami, ibu Windi sempat hilang arah dan ingin menyerah karena terlalu takut ia gagal untuk membesarkan putrinya. Maka dari itu sang ibu berharap bahwa putrinya nanti bisa mencapai cita-cita yang diinginkannya.
Sobat Berdampak, mari kita sebarkan bantuan untuk membantu Windi dalam aspek pendidikan agar ia bisa mewujudkan mimpinya dan mendorong semangatnya agar lebih giat belajar. Kalian dapat berpatisipasi dalam campaign Semua Berhak Belajar dengan menyebarkan campaign ini dan berdonasi dengan cara:
Beberapa informasi:
*Ayo Kita Peduli merupakan NGOs yang berdiri sejak 2023 dan berada di bawah naungan Ayo Berdampak Berdaya. Dengan tagline #BerdampakBerdaya kami berfokus pada masalah kemiskinan kelas sosial rentan perkotaan dan pedesaan melalui berbagai program dan campaign pemberdayaan untuk upaya peningkatan kesejahteraan.
Contact and More Information:
Instagram: @ayokita.peduli
WhatsApp: +62 821-2908-8174
Email: ayoberdampakberdaya.id@gmail.com
*Page ini merupakan page Fundraiser dan merupakan bagian dari program dan campaign utama yang berjudul Semua Berhak Belajar.
*Dalam membantu penyebaran informasi terkait program ini dan program turunannya dalam fitur "Fundraiser", kami melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak mulai dari Media Partner, Organisasi, serta Publik Figur agar informasi mengenai program ini dapat tersebar luas dan menjangkau sebanyak-banyaknya orang untuk berkontribusi bersama.