Berjuang Jualan Bunga Demi Obati Ibu Sakit Kanker Payudara

Berjuang Jualan Bunga Demi Obati Ibu Sakit Kanker Payudara

Rp. 40.000
terkumpul dari Rp. 30.000.000
2 Donatur
6 hari lagi
Donasi Sekarang!

Penggalang Dana

Amal Baik Insani

Lembaga Resmi Terverifikasi

Kerjasama Campaign Iklan Berbayar

Penerima Manfaat dan Penggalang Dana telah menyetujui untuk menggunakan sebagian dana yang terkumpul untuk dilakukan optimasi di sosial media oleh pihak ketiga agar dapat menjangkau lebih banyak kontribusi publik.

Deskripsi

02 June 2025

"Pesan buat Ibu, tetap semangat karena kita harus saling menguatkan. Rasanya sakit lihat Ibu sakit, aku gak bisa hidup tanpa Ibu. Aku akan selalu ada buat Ibu, kita harus berjuang bersama"

 

Tak terlintas akan semenyakitkan ini kenyataan untuk Zakiya (17) yang masih duduk di bangku sekolah menengah. Di usianya yang masih remaja ia harus menerima takdir bahwa ibunya, Aam Kartini (53) didiagnosa kanker payudara sejak 1 tahun lalu. 

Beberapa ikhtiar pengobatan telah Bu Aam jalani, salah satunya kemoterapi yang dijadwalkan dua kali dalam seminggu. Upaya tersebut membuat tubuhnya kurus karena bobot yang turun drastis, juga rambut yang mengalami kerontokan hebat terus-menerus. 

 

Sebuah keringanan bagi Bu Aam bila harinya tidak dibayangi rasa sakit yang mendera. Namun hal itu sulit untuk jadi nyata. Lemas tubuhnya menggambarkan seberapa kuat beliau mencoba bertahan atas cobaan yang datang. Pucat wajahnya melukiskan betapa keras usahanya mendatangkan harapan untuk terus menjalani kehidupan. Cekungan lelah matanya menyisakan sedikit semangat untuk meraih kesembuhan. "Saya harus kuat, kalau saya menyerah kasihan Zakiya sendirian.. Tidak punya sandaran lagi", ucap Bu Aam menegaskan semangat sembuhnya.

 

Layaknya Bu Aam yang berjuang, Zakiya mengupayakan segala hal untuk menyembuhkan Ibunya. Sepulang sekolah, ia menjajakan bunga dengan membawa sang ibu menggunakan kursi roda di pinggir jalan. Bukan tanpa alasan, sedari kecil ia tumbuh hanya bersama sang ibu, setelah ayahnya pergi begitu saja tanpa kata perpisahan. 

Belum lagi, saat ini Zakiya tinggal menumpang di rumah kecil pamannya yang juga sakit epilepsi. Kapan saja, suasana rumahnya berubah lebih ketir saat penyakit tersebut kambuh. Sehingga, kekhawatirannya semakin bertambah jika harus meninggalkan sang ibu bersama pamannya di rumah.

 

Ketakutan akan ditinggalkan oleh ibunya selalu menghantui Zakiya. Dengan sadar ia memahami jika pengobatan harus terus dijalani karena nyawa yang terancam bila hal tersebut banyak terlewati. Meski begitu, seringkali Bu Aam tak pergi berobat karena tak ada biaya yang dimiliki.

 

Bagi Zakiya, ancaman putus sekolah di tengah sulitnya biaya pengobatan ibu dan pamannya menjadi pelengkap riuhnya derita kehidupan yang menghampiri. Kendati begitu, bukan kesah yang ia ungkapkan. Tetapi, upaya nyata tentang sebuah perjuangan untuk kesembuhan.

Bu Aam dan Zakiya senantiasa menangguhkan diri atas rasa sakit yang diderita. Keduanya saling menguatkan tanpa bisa saling bersandar. Banyak doa dan upaya yang dilakukan agar Bu Aam bisa bertahan. Meski berat, mereka tegar menjalani semua dengan senyuman. 

 

Insan Baik, begitu berat hari yang dijalani Zakiya untuk menyembuhkan ibu dan pamannya. Banyak sesak yang tak bisa ia bagi, tetapi bisa kita ikhtiarkan untuk setidaknya mengurangi. Maukah kita bersama menemani perjuangan Zakiya di tengah keras perjuangannya?

Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan disalurkan untuk operasional pengobatan Bu Aam, pengobatan paman Zakiya dan biaya pendidikan Zakiya. Donasi juga akan disalurkan untuk penerima manfaat lain di bawah naungan Amal Baik insani.

Disclaimer : Informasi, opini dan foto yang ada di halaman galang dana ini adalah milik dan tanggung jawab penggalang dana. Jika ada masalah/kecurigaan silakan lapor kepada kami disini.

Doa & Donasi Teman Peduli

Anonim

03 June 2025 19:31
Rp. 20.000
Amin
JADI#temanbaik